Kamar kata dan tempat menyampah yang bukan sampah. Sebuah tulisan sederhana namun mencoba untuk tetap bermakna.

Jumat, 03 Mei 2013

Happy Ending Sebuah Lamaran yang Ditolak


Alkisah, ada dua anak Adam dan Hawa, seorang pria dan wanita, yang rupanya saling mencintai satu dengan yang lainnya, yang begitu berkomitmen dengan agamanya. Melalui ta'aruf yang singkat dan hikmat, mereka memutuskan untuk melanjutkannya menuju khitbah. Namun, tak semudah itu bagi sang pria. Dia harus maju menghadapi pria lain: ayah sang wanita. Dan ini, tantangan yang sesungguhnya. Ia telah melewati deru pertempuran semasa aktivitasnya di kampus, tetapi pertempuran yang sekarang amatlah berbeda. Sang wanita, tentu saja siap membantunya. Memuluskan langkah mereka menggenapkan agamanya. Maka, di suatu pagi, di sebuah rumah, di sebuah ruang tamu, seorang pria muda menghadapi seorang pria setengah baya, untuk 'merebut' sang wanita muda, dari sisinya.

"Oh, jadi engkau yang akan melamar itu?" tanya sang setengah baya dengan tatapan tajam.
"Iya, Pak," jawab sang muda tegas.
"Engkau telah mengenalnya dalam-dalam? " tanya sang setengah baya sambil menunjuk si wanita.
"Ya Pak, sangat mengenalnya," jawab sang muda, mencoba meyakinkan.
"Lamaranmu kutolak! Berarti engkau telah memacarinya sebelumnya? Tidak bisa. Aku tidak bisa mengijinkan pernikahan yang diawali dengan model seperti itu!" balas sang setengah baya.
Si pemuda tergagap, "Enggak kok pak, sebenarnya saya hanya kenal sekedarnya saja, ketemu saja baru sebulan lalu."
"Lamaranmu kutolak! Itu serasa membeli kucing dalam karung kan? Aku tak mau kau akan gampang menceraikannya karena kau tak mengenalnya. Jangan-jangan kau nggak tahu aku ini siapa?" balas sang setengah baya, keras.

Ini situasi yang sulit. Sang wanita muda mencoba membantu sang pria muda. 
Bisiknya, "Ayah, dia dulu aktivis lho."

"Kamu dulu aktivis ya?" tanya sang setengah baya.
"Ya Pak, saya dulu sering memimpin aksi demonstrasi anti Orba di Kampus," jawab sang muda, percaya diri.
"Lamaranmu kutolak! Nanti kalau kamu lagi kecewa dan marah sama istrimu, kamu bakal mengerahkan rombongan teman-temanmu untuk mendemo rumahku ini kan ?"
"Anu Pak, nggak kok. Wong dulu demonya juga cuma kecil-kecilan. Banyak yang nggak datang kalau saya suruh berangkat."
"Lamaranmu kutolak! Lha wong kamu ngatur temanmu saja nggak bisa, kok mau ngatur keluargamu?" 

Sang wanita membisik lagi, membantu, "Ayah, dia pinter lho."

"Kamu lulusan mana?"
"Saya lulusan Akuntansi UI Pak. UI itu salah satu kampus terbaik di Indonesia lho Pak."
"Lamaranmu kutolak! Kamu sedang menghina saya yang cuma lulusan STM ini tho? Menganggap saya bodoh kan?"
"Enggak kok Pak. Wong saya juga nggak pinter-pinter amat Pak. Lulusnya saja tujuh tahun, IP-nya juga cuma dua koma Pak."
"Lha lamaranmu ya kutolak! Kamu saja bego gitu gimana bisa mendidik anak-anakmu kelak?"

Bisikan itu datang lagi, "Ayah, dia sudah bekerja lho."

"Jadi kamu sudah bekerja?" 
"Iya Pak. Saya bekerja sebagai auditor. Keliling Jawa dan Sumatera mengaudit keuangan perusahaan-perusahaan besar Pak."
"Lamaranmu kutolak!" Kalau kamu keliling dan jalan-jalan begitu, kamu nggak bakal sempat memperhatikan keluargamu."
"Anu kok Pak. Kelilingnya jarang-jarang. Wong kerjanya saja kadang tidak menentu kok Pak."
"Lamaranmu tetap kutolak! Lha kamu mau kasih makan apa keluargamu, kalau kerja saja nggak becus begitu?"

Tenggorokan sang pria terasa tercekat. Bisikan kembali datang dari sang wanita kepada ayahnya, "Ayah, yang penting kan ia bisa membayar maharnya."

"Rencananya maharmu apa?"
"Seperangkat alat shalat Pak."
"Lamaranmu kutolak! Kami sudah punya banyak. Maaf."
"Tapi saya siapkan juga emas satu kilogram dan uang limapuluh juta Pak."
"Lamaranmu kutolak! Kau pikir aku itu matre, dan menukar anakku dengan uang dan emas begitu? Maaf anak muda, itu bukan caraku."

Pria itu makin tersudut. Sang wanita mencoba membantu lagi. Dia bisikan, "Dia jago IT lho, Yah.."

"Kamu bisa apa itu, internet?"
"Oh iya Pak. Saya rutin pakai internet, hampir setiap hari lho Pak saya nge-net."
"Lamaranmu kutolak! Nanti kamu cuma nge-net thok. Menghabiskan anggaran untuk internet dan nggak ngurus anak istrimu di dunia nyata."
"Tapi saya ngenet cuma ngecek email saja kok Pak."
"Lamaranmu kutolak! Jadi kamu nggak ngerti Facebook, Blog, Twitter, Youtube? Aku nggak mau punya mantu gaptek gitu."

Bisikan, "Tapi Ayah..."

"Kamu kesini tadi naik apa?"
"Mobil Pak."
"Lamaranmu kutolak! Kamu mau pamer tho kalau kamu kaya. Itu namanya Riya'. Nanti hidupmu juga bakal boros. Harga BBM kan makin naik."
"Anu saya cuma mbonceng mobilnya teman kok Pak. Saya nggak bisa nyetir"
"Lamaranmu kutolak! Lha nanti kamu minta diboncengin istrimu juga? Ini namanya payah. Memangnya anakku supir?"

Pria itu sudah mulai putus asa mendapatkan ridho dari pelindung wanita yang dicintainya tersebut. Kembali terdengar bisikan lirih dari wanita itu. "Ayahh.."

"Kamu merasa ganteng ya?"
"Nggak Pak. Biasa saja kok"
"Lamaranmu kutolak! Mbok kamu ngaca dulu sebelum melamar anakku yang cantik ini."
"Tapi pak, di kampung, sebenarnya banyak pula yang naksir kok Pak."
"Lamaranmu kutolak! Kamu berpotensi playboy. Nanti kamu bakal selingkuh!"

Sang wanita kini berkaca-kaca, "Ayah, tak bisakah engkau tanyakan soal agamanya, selain tentang harta dan fisiknya?"
Sang setengah baya menatap wajah sang anak, dan berganti menatap sang muda yang sudah menyerah pasrah.

"Nak, apa adakah yang engkau hapal dari Al Qur'an dan Hadits?"
Si pemuda telah putus asa, tak lagi merasa punya sesuatu yang berharga. Pun pada pokok soal ini ia menyerah, jawabnya: "Pak, dari tiga puluh juz saya cuma hapal juz ke tiga puluh, itupun yang pendek-pendek saja. Hadits-pun cuma dari Arba'in yang terpendek pula."
Sang setengah baya tersenyum, "Lamaranmu kuterima anak muda! Itu cukup. Kau lebih hebat dariku. Agar kau tahu saja, membacanya saja pun, aku masih tertatih."

Wanita itu pun menangis terharu. Mata sang muda juga ikut berkaca-kaca.

Ini harus happy ending, bukan? :)


Repackage dari note ini dari sumber ini. Dengan perubahan seperlunya.

Rabu, 27 Maret 2013

Ujian Nasional, Ajang Penentuan Nasib Sekolah Selama 3 Tahun Pada 3 Hari


Okeh, bertemu lagi dengan saya @newluqmannezia (akun cadangan dari @luqmannezia) bentar bentar… kok malah jadi promosi twitter sih?? :rollface: Saya terinspirasi nulis blog lagi setelah baca terus update komentar dari thread kaskus ini sejak lama. As we know, UN atau Ujian Nasional selalu menjadi momok menakutkan bagi sebagian besar para murid yang masih duduk di bangku sekolah, mulai dari SMA/K, SMP, bahkan hingga SD sekalipun (kok TK enggak? Memangnya TK ada UN apa? :p) yang selalu menuai banyak kontra dan pro setiap tahunnya. Banyak yang mengeluhkan tentang UN, bahkan ada yang bilang “buat apa sih UN? Negara maju aja ga ada tuh UN”. Atau bilang kayak gini “UN?? Huff banget deh. Sekolah 3 tahun nasibnya ditentuin cuma dalam waktu 3 hari (itu jamanku, kalo jaman sekarang mungkin udah 4 hari ya?)” Well well, saya memang geleng-geleng kepala kalo melihat sistem pendidikan di negeri yang katanya tanah surga ini, tongkat dan kayu bisa jadi tanaman *nyanyi lagunya Koes Ploes*. Terlalu banyak konspirasi disana-sini, bahkan yang terbaru yang bisa mencerminkan seperti apa keadilan di Indonesia itu, ya ini: anaknya seorang menteri, menghilangkan nyawa 2 orang, CUMA DIHUKUM 5-6 BULAN PENJARA. WTH?? Padahal bocah nyolong sandal polisi “terhormat”, wong cilik terpaksa ngambil hasil kebun tetangga karena kelaparan, dihukumnya LEBIH BERAT, bisa bertahun-tahun penjara. Miris gak?? MIRISS!! Koruptor, penjaranya mewah. Ada ACnya, ada tempat buat karaoke. Biadalaa… udah ngrikiti duit rakyat, penjaranya kayak hotel bintang lima. Di sini tu seakan-akan slogannya “Ada duit, abang ku sayang. Gak ada duit, abang ku tendang” *ambil tisu terus buang ingus* Yakin deh kalo Indonesia ini adalah Arab, pasti anak menteri itu  udah dihukum yang “sesuai”. (maaf OOT dikit)




Kembali ke laptop…oke, bicara tentang sistem pendidikan di Indonesia, tentang adanya UN sebagai penentu kelulusan siswa . Kalo kita membandingkan negara kita dengan negara yang sudah maju, katakanlah Finlandia yang digadang-gadang sebagai salah satu surga pendidikan di bumi ini, sangat jauh letak perbedaan kualitasnya. Disana, tidak ada yang namanya UN, bahkan anak-anak tidak dijejali bermacam-macam mata pelajaran seperti halnya disini. Anak-anak bebas menentukan mau belajar apa yang disukainya, dan diujikan sesuai permintaannya. Sehingga anak tidak akan tertekan karena mereka akan belajar sesuai dengan keinginan mereka apa yang ingin dipelajari. Minat dan bakatnya sudah digali sejak dini. Kalo disini?? Apa-apa dipelajari. Anak-anak “dipaksa” untuk menelan semua yang diajarkan oleh gurunya. Terutama pas waktu kelas 1 SMA. Kalo ibarat kita itu naik gunung, mungkin ini adalah “puncak” pendakian siswa. Mata pelajarannya sangat banyak, bisa lebih dari 12. IPA dan IPS suruh dilahap semua. Padahal kita tahu, setiap manusia dilahirkan dengan kelebihan yang berbeda-beda. Ada yang kuat dalam hitungan tapi lemah dalam hapalan. Ada yang sebaliknya. Nah ketika udah penjurusan ke kelas 2, kita mulai turun nih dari gunung tadi. Kan disuruh milih tuh antara IPA sama IPS. Misalkan saya milih IPA. Buat apa belajar IPS selama setahun dengan susah payah?? Setelah itu, “ujian sebenarnya” ada disini. Ya, UN. UN ini ibarat tebing terjal dan curam untuk dituruni. Kepleset sedikit aja, jatuh ke jurang. Putus asa dan stress berkepanjangan. Bagi mereka yang sangat berhati-hati, pasti selamat sampai tujuan. Pulang dengan membawa kemenangan dan kebanggaan. Orang tua pun senang. :)

Sebuah kebijakan pasti menuai pro dan kontra di dalam pelaksanaannya, tak terkecuali UN. Seperti yang dijabarkan di atas tadi, saya kadang juga berpikiran sempit seperti itu. “Buat apa belajar sesuatu yang tidak akan berguna buat ke depannya?” Saya kadang mikir, kenapa to kok harus belajar sejarah, ngapalin peristiwa yang udah terjadi, paling-paling yang paling saya inget tu Perang Diponegoro yang terjadi saat habis maghrib (18.25-18.30) :rollface again: kenapa to kok harus belajar sosiologi, ekonomi, bla bla bla padahal saya kan masuk IPA, ngapalin rumus F = m x a, HCl + NaOH = NaCl + H2O, integral differensial logaritma hffzxcvbnmlkjhgfdsqwrt …… Guys, kalo kalian melihat dengan pikiran positif, dari sisi malaikat (ceileh), semua itu ternyata ada hikmahnya! Disini saya bukannya sangat pro dengan sistem pendidikan di negara kita, bukan, bukan seperti itu. Saya hanya berbicara sesuai dengan yang bisa saya petik dan terapkan dalam kehidupan saya. Ga ada sama sekali yang namanya belajar itu adalah sebuah kesalahan. Kita bisa belajar darimana saja, bahkan kita itu paling bisa belajar dari kesalahan! Semua yang diajarin tu sebenarnya ada gunanya! Sosiologi, kita bisa tahu gimana caranya bergaul di kehidupan sosial masyarakat. Ekonomi, kita bisa melek dengan harga barang, uang, pasar, dll. Sejarah, kita bisa tahu jaman penjajahan dulu sulitnya minta ampun, belajar harus sembunyi-sembunyi, kita jadi bisa menghargai jasa para pahlawan dengan cara belajar sungguh-sungguh dengan rasa aman tanpa takut di-dor sama penjajah. Kebetulan, sehabis lulus SMA terus nglanjutin kuliah saya malah belajar tentang akuntansi, menghitung duit padahal ga ada duitnya :rollface rollface:, ekonomi banget lah. Padahal saya dari jurusan IPA. Nah loh. Apa saya nyesel belajar fisika, kimia, biologi sampe rambut saya kriting kayak defender Chelsea, David Luiz ini?? B) Not at all. Sambil kuliah, saya bisa nyambi ngelesi anak-anak SMA buat nyiapin UN, untungnya jurusannya IPA juga, dan masih terasa “bekas-bekas” ke-IPA-an saya waktu itu, bahkan hingga sampai saat saya menulis blog ini. Pemerintah maksudnya baik, kita dikasih dasarannya dulu semua (kelas 1), baru setelah itu suruh milih apa yang kita sukai (kelas 2-3). Namun, caranya yang dianggap kurang pas, terlalu menyiksa. Terus timbul wacana hapuskan UN! Hapuskan UN! Turunkan harga! #loh dan sebagainya. Dari tahun ke tahun, UN selalu mengalami perubahan baik dari model maupun kualitasnya. Jaman saya dulu, hanya ada 2 tipe soal UN (ganjil genep). Ini maksudnya biar siswa itu tidak bisa nyontek di depan belakang sama samping kiri kanannya. Tapi ya kita juga salah sih, masih bisa aja memanfaatkan kecolongan sistem ini. Kan cuma ganjil genep, berarti bisa kerja sama dengan teman serong (eh, ini maksudnya bukan selingkuhan lho ya) Terus, diubah lagi sampe ada 5 tipe soal per kelas. Nah dicari-cari lagi bolongnya, ah masih ada kok temen yang sama tipe soalnya dalam sekelas. Gimana bisa nyonteknya? Ah, kan sekarang ada hp. Bisa disilent juga. Kalo yang cewek makin ahli nih caranya, bisa diselipkan ke dalam roknya terus dikempit pake kaki (heh ini bukan buat ditiru lho ya, saya hanya menahan ketawa pas liat temen saya menerapkan metode ini saat UN dulu :3) Hingga sampai pada tahun ini, 2013, yang direncanakan akan menggunakan 20 jenis tipe soal yang berbeda-beda dalam satu kelas. Timbul kontra lagi, ah ini pemerintah ga percaya sama siswa, pemerintah bla bla bla mbeeek hog hog keong keong webek webek *jadi kayak kebun binatang*, banyak deh macam-macam kontranya. Lho, ini tu sebenernya maksud dan tujuannya baik, biar mengurangi kesempatan berbuat curang. Biar kelihatan mana siswa yang bener-bener berusaha sungguh-sungguh dalam belajar, mana siswa yang tidak serius belajarnya. Bagi mereka yang udah bener-bener siap, mau dibikin 100 sampai 1000 tipe soal pun ga masalah kok. Ah, TS sok nih, gak kasihan apa kalo ada yang gak lulus?? Gak setia kawan dong berarti?? Lho ya gak gitu juga. Saya akui, dulu saya juga pernah berbuat curang tapi itu pas ujicobanya (masih try out). Saat hari pelaksanaannya, saya ga pernah memberi atau menerima jawaban dari temen lain. Saya tentu pengen semuanya lulus, tapi lulus dengan cara yang benar. Dari usaha sendiri. Jerih payah sendiri. FYI, di kampus saya, kalo ketahuan sedikit saja menyontek jawaban dari temen lain dan temen itu ngasih jawabannya, maka tanpa ampun lagi yang meminta jawaban dan yang memberikan jawaban LANGSUNG DIKELUARKAN DARI KAMPUS alias DROP OUT kedua-duanya! (Nah, masih ada yang nganggep kalo kampus saya itu sarangnya koruptor, pencetak koruptor? Nyebur ke laut aja deh, lu!)

Wajah serius saat mengerjakan soal (atau karena ga mau difoto? :p)

Capek ya ngetik panjang lebar, sampe sampe ga hanya rambut saya yang keriting, tapi jari tangan juga ikut keriting :3 Di sini, saya tidak pro 100% sama pemerintah, tapi juga tidak kontra 100% sama pemerintah. 50:50 lah, saya dulu juga pernah SMA. Ga mungkin saya lahir langsung lulus kuliah seperti ini. Saya sudah merasakan manis pahitnya masa-masa SMA, mikir try out – ujian – try out – ujian, belum lagi nyari kuliahan. Buat adik-adik yang menabuh genderang perang mulai tanggal 15 April nanti (SMA/K), 22 April (SMP), dan 29 April (SD),  selamat berjuang ya! Gak ada gunanya mengeluh terus-terusan apalagi mikirin sistem pendidikan di negeri tercinta kita ini. Kalo ga tahan ya silahkan pindah keluar negeri aja sono! Kalian tu pemuda (saya juga pemuda ding, kan masih muda :3), agent of change, belajarlah dengan sungguh-sungguh dulu. Kalo mau memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia, belum saatnya. Era reformasi 1998 dianggap sebagai keberhasilan pemuda dalam meruntuhkan kekuasaan diktator di Indonesia. Kalian bisa berperan seperti pemuda itu tanpa harus bertindak anarkis. Carilah ilmu sebanyak-banyaknya dulu. Inget, gak ada yang namanya belajar itu adalah sebuah kesalahan. Suatu saat pasti akan ada gunanya. Kalo kalian bener-bener sudah sukses, berkaryalah yang berguna buat bangsa ini. Kalo karya kalian dianggap mampu berkontribusi besar buat negara ini, pasti kalian akan dilirik oleh petinggi negara, tidak terkecuali presiden. Bisa aja kalian jadi Menteri Pendidikan to? Nah kalo udah menempati posisi yang sesuai dengan kewenangannya, baru deh kalian ubah kalo misalnya kalian ingin UN dihapuskan, monggo silahkan karena kalian sudah punya wewenang untuk itu. Kalo saat ini, kalian masih lemah, belum ada apa-apanya. Salah-salah bukannya membawa bangsa menjadi lebih baik, malah menjatuhkan diri sendiri. Belajar sungguh-sungguh diiringi dengan doa. Memang berat, saya dulu juga merasakan hal yang sama. Jaga kesehatan, jangan sampai stress terus lupa makan terus sakit. Memang beginilah UN. Kalian belajar 3 tahun, nasibnya ditentuin dalam waktu 3 hari (oke kali ini 4 hari). Mirip sebuah turnamen dengan fase knock out. Contohnya, pada pertandingan sepak bola. Pasti gak bakal banyak yang mengira kalo Chelsea bisa mengalahkan Barcelona dan Bayern Munich hingga mengangkat trofi Liga Champions. Barcelona yang menguasai permainan sepanjang kedua leg dengan ball possession rata-rata lebih dari 60%, harus gugur oleh Chelsea yang permainannya saat itu menuai banyak kecaman oleh penggila sepak bola indah sampai-sampai dijuluki dengan taktik “terminal bis”, banyak memarkir pemain di depan gawang. Bayern Munich juga sama nasibnya seperti Barcelona, tapi lebih tragis. Unggul 1-0 sampai waktu tinggal menyisakan kurang dari 5 menit peluit tanda pertandingan selesai ditiup wasit, Chelsea berhasil menyamakan skor lagi menjadi 1-1 dan menang di adu pinalti. Kadang kala, sebuah proses akan terasa sia-sia jika hasilnya tidak sesuai dengan kenyataan. Tidak adil. Mirip seperti UN ini. UN dirasa tidak adil karena proses selama 3 tahun harus ditentukan dalam waktu 3 hari. Jadi, apa yang harus kalian lakukan? Tidak ada kecuali berusaha dan berdoa! Hanya itu. Belajar sungguh-sungguh dan berdoa yang maksimal semoga beruntung. Usaha yang keras tidak akan mengkhianati, kok. Apa? Ga mengkhianati? Lha itu contoh Barcelona dan Bayern Munich, bukankah itu ga adil? Itu hanya keberuntungan Chelsea saja. Inget slogan wong pinter kalah karo wong bejan –orang pintar kalah dengan orang beruntung– ?  Kalo kalian udah usaha keras tapi gagal, mungkin kalian cuma kurang beruntung. Atau bisa juga kalian lengah, lupa berdoa. Makanya, harus balance antara berusaha dan berdoa. Biasanya sekolah-sekolah mengadakan doa bersama kok menjelang digelarnya UN. Suasana penuh haru dan ketegangan akan semakin terasa saat berdoa ketika mengingat momen-momen yang selama ini telah dilalui bersama dengan temen-temen yang lain. Nangis deh semuanya. Kalian akan menyemangati satu sama lainnya. Pasti itu.

Banyak yang nangis saat doa bersama, terutama cewek



Eits, cowok juga ada lho yang nangis



Selesai doa bersama, berpelukan deh kayak Teletubbies. Kesempatan nih buat yang cowok :p

Percayalah, Allah tidak akan memberikan ujian yang melebihi kemampuan hamba-Nya. Seperti lagunya Ari Lasso, “badaaii, pasti berlaluuuu…” Allah berfirman dalam Al Qur’an Surat Al Insyirah ayat 6 yang artinya: Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan. Setelah kalian melewati bukit terjal nan curam, kalian pasti akan merasakan kelegaan di tempat yang landai. Jadi, persiapkan dengan matang dan sungguh-sungguh. Belajar yang serius dan jangan lupa berdoa. Selamat berjuang, semoga sukses! :D


PS: Usaha keras tak akan pernah mengkhianati, karena badai pasti berlalu :3

Selasa, 26 Februari 2013

Waspada dengan Penipuan Money Game!

"Bro, gimana kabarnya?"
"Sehat bro, kamu?"
"Alhamdulillah baik, eh bro ini aku ada bisnis sama temen-temen, untungnya lumayan buat nambah-nambah uang jajan, bahkan bisa buat bayar uang semesteran kuliah"
"Emang bisnis apa, bro? Kayak MLM -multi level marketing- bukan?"
"Oh, bukan bro. Ini beda, bukan MLM. Besok aja aku jelasin kalo bisa ketemu langsung."
"Kapan bro?"
"Kamu atur saja deh, bro. Aku kapan aja bisa........"

Pernah mengalami hal seperti ini, terutama buat kalian yang masih duduk di bangku kuliah?
Money Game atau kalo diterjemahin langsung secara harfiah menjadi "permainan uang", saat ini sudah banyak menyeruak dimana-mana. Berawal dari iming-iming "mendapatkan keuntungan yang banyak dengan modal sedikit dan cara yang cepat", sudah banyak penduduk pribumi yang terperosok ke dalam bisnis haram ini, salah satunya saya. Ciyuuus?? Miapaaaah? Oke, ga usah lebay gitu deh. Sekarang mending ubah posisi duduk anda yang enak dulu, disambi dengan minum segelas teh hangat atau cemilan sedikit juga ndak papa. Karena tulisan saya kali ini agak serius dan panjang lebar. Ah, males deh kalo gitu. Bikin mata sepet. Ya udah tinggal di-close aja tab ini. Saya juga gak maksa kok. Kalo katanya mantan presiden RI yang bermata sipit sih, Gitu Aja Kok Repot!

Oke, bagi anda yang sudah memutuskan ingin bertahan tetap membaca anak panah kata-kata saya berikut ini, silahkan disimak baik-baik. Saya pernah punya pengalaman yang tidak mengenakkan tentang bisnis haram ini. Sudah saya jelaskan di atas, semuanya berawal dari: untung banyak, modal sedikit, dan cara cepat. Siapa sih yang ga langsung melek kalo diiming-imingi seperti itu? Tiga jurus sakti inilah yang sering dilancarkan oleh para penipu dalam menjalankan aksinya. Oh, kiranya saya terlalu keras kalo menggunakan kata "penipu". Oke saya ganti. Bagaimana dengan "korban penipu money game" -kan mereka juga berarti menjadi korbannya karena udah jadi membernya-? Ah, terlalu panjang dan ngenes. Hmm, yaudahlah, saya sebut mereka itu "investor". Apa? Terlalu bagus? Yowes sakarepmu meh manggil mereka apa. Yang jelas, "investor" ini akan memulai permainannya kepada anda dengan cara mengajak anda mengobrol dan bertatap muka secara langsung yang memudahkan mereka untuk "mencuci otak" anda. Di sini sih belum terlalu tampak ada tanda-tanda menyesatkan karena mereka akan berbicara secara global terlebih dahulu. Saya terjebak di fase ini dua kali (tidak perlu saya sebutkan perusahaannya) dan pada saat itu yang terlintas di pikiran saya adalah "dapat uang banyak". Meskipun secara finansial ortu saya masih sanggup untuk membiayai pendidikan saya dan adik saya waktu itu (maaf ini bukan bermaksud menyombong) tapi bukankah pasti ada rasa kepuasan tersendiri kalo kita bisa membeli sesuatu dari uang yang kita dapatkan dari hasil kerja kita sendiri? Ya, itulah yang terpikirkan di benak saya waktu itu. Saya masih belum mengerti apa itu money game, apa itu MLM, yang jelas saya tertarik saja. Saya juga banyak mendengar istilah-istilah -seperti MLM, bisnis berjenjang, arisan, apalah itu namanya- yang bernada negatif bagi anggapan saya. Saya dulu menduga bahwa semua bisnis MLM itu haram, pokoknya apapun namanya MLM itu hanya penipuan, bla bla bla jadi setiap saya tanya kepada "investor", pasti mereka jawabnya: "Oh, beda bung. Ini bukan MLM, arisan, investasi, apalagi money game dan sejenisnya bla bla bla" Ya iyalah mereka bilang seperti itu. Mana ada maling ngaku maling? Kecuali maling ayam yang ketahuan warga sekampung. Langkah selanjutnya, setelah mereka berhasil menanamkan semacam image kesuksesan kepada saya, mereka meyakinkan saya dengan sejumlah orang yang "katanya" sudah sukses di bisnis tersebut. Caranya? Biasanya mereka menunjukkan foto-foto orang yang sudah dianggap leader di sana, ada testimoninya, bahkan tidak sedikit yang dijumpai foto orang sedang bergaya di depan mobil mewah. Dan katanya lagi, orang itu bisa membeli mobil mewah tersebut setelah gabung di bisnis itu. Parahnya lagi, kita semakin tertarik jika di testimoni itu dikatakan bahwa dalam waktu setahun sejak gabung di bisnis itu bisa beli mobil (bahkan ada yang kurang dari setahun). Padahal belum tentu itu mobil kepunyaannya sendiri. Bisa saja foto di depan mobil orang lain. Foto bisa menipu, bukan? :p Oke, pada perusahaan yang pertama, saya berhasil terjebak di dalamnya. Saya jadi member dan melakukan semua tetek bengek yang diajarkan di buku panduan yang dikasih setelah saya mendaftar. Awalnya saya berhasil merekrut beberapa orang, tapi karena saat itu saya masih kuliah di kampus yang horor (baca: ancaman DO di setiap semesternya) akhirnya lama-kelamaan saya lupa dengan bisnis itu dan sekarang sudah tidak aktif lagi. Males. Dan semakin nyesel setelah tahu kalo ini merupakan money game.

Oke, perusahaan kedua. Di sini malah kurang lebih dari sebulan, dan kejadiannya kira-kira dua bulan setelah saya wisuda. Sambil nunggu penempatan, iseng-iseng di rumah saya searching di google dengan keyword "bisnis online". Mungkin gara-gara terinspirasi dari tayangan salah satu stasiun televisi swasta malam harinya yang bisa sukses dari bisnis online. Result mbah google-nya banyak. Saya klik salah satu. Setelah baca bla bla bla (dan saya temukan lagi pasti terdapat kata-kata ini: INI BUKAN MLM, ARISAN, MONEY GAME, HYIP -High Yield Investment Programs- BLA BLA BLA) akhirnya saya sekali lagi tertarik buat terjun ke bisnis online itu. Ditambah dengan status saya yang saat itu masih pengangguran penuh di rumah (haduh pak menteri, ini kapan kita mau penempataaaan u.u) saya mikir, lumayan lah cuma butuh online buat menghasilkan duit, semakin mantap saya terperosok ke dalam money game bentuk lainnya ini.

Dari perusahaan kedua, saya berhasil merekrut beberapa member lagi. Seneng rasanya. Suatu saat pas mau ke ATM buat ambil duit transferan dari para member yang saya ajak join (saat itu belum saya ambil sepeserpun, mikirnya nanti kalo udah banyak sekalian baru diambil) saya ol fb dulu. Di beranda ada temen saya yang membagikan sebuah link tentang money game. Penasaran, saya buka link itu. Saya baca. Dan setelah selesai membacanya, saya jadi makin penasaran sama hal tersebut. Saya urungkan niat saya ke ATM buat ambil duit. Saya searching lagi di google sampe-sampe google chrome saya sempat ngadat karena kebanyakan tab xD (mungkin anda juga sering mengalaminya bukan?) dan akhirnya saya jadi sadar, ternyata selama ini saya telah bermain di lembah haram :'( Dari niat awal yang semula pengen ambil duit di ATM, saya malah sibuk nyari semua nomor rekening member saya yang saya ajak gabung di perusahaan kedua. Yang perusahaan pertama saya sudah tidak tahu lagi kemana arahnya, jadi yang terlintas waktu itu adalah saya kembalikan yang bisa saya kembalikan saja. Oke, setelah cek email -karena disitu adalah tempat notifikasi dari perusahaan kedua yang saya naungi- dan ketemu semua nomor rekeningnya, saya segera ke ATM dan mentransfer balik semua uang yang telah masuk ke rekening saya kepada member-member saya. Setelah itu saya sms satu persatu yang inti isinya adalah saya sudah tidak disitu lagi jadi saya kembalikan saja. Lalu saya kasih tau pandangan saya tentang money game terhadap para member saya, tetapi saya tidak memaksa mereka untuk berhenti/keluar dari permainan tersebut meskipun saya telah menyarankannya. Wah, berarti saya juga termasuk yang tadi ya? Penipu, Korban Penipu Money Game, dan yang agak lebih keren: "Investor" B)

Oke, sekarang ke inti permasalahannya. Apa sih sebenarnya Money Game itu?

Sejak awal kehadirannya, bisnis jaringan atau yang dikenal dengan MLM sudah bersanding dengan bisnis serupa yang tak sama, yaitu bisnis money game. Bahkan, menurut beberapa sumber, dikatakan bahwa money game ternyata sudah lahir sejak lama. Fakta menuliskan bahwa money game telah dikenal di AS pada masa setelah Perang Dunia I dan pertama kali dikenalkan oleh Charles Ponzi, seorang keturunan Italia. Pada saat itu, bisnis tipu menipu ini telah berhasil mengumpulkan uang hingga ratusan juta dolar. Bayangkan, di tengah krisis perang dunia, bisnis janji palsu ini berhasil mengumpulkan uang hingga demikian besar. Hal itu tentu menjadi bukti bahwa ternyata banyak orang yang masih belum menggunakan logika dengan benar dalam mengkaryakan asetnya.

Money game adalah suatu kegiatan pengumpulan uang atau kegiatan menggandakan uang yang pada praktiknya pemberian bonus atau komisi diambil dari penambahan atau perekrutan anggota baru, dan bukanlah dari penjualan produk. Kalaupun ada penjualan produk, hal itu hanyalah kamuflase (contohnya: pulsa, e-book, dll). Sudah disebutkan bahwa salah satu daya pikat money game adalah janji-janji mendapatkan untung besar dalam waktu singkat dengan usaha yang amat minimal. Di berbagai penjuru dunia, money game telah banyak mengilhami orang untuk melakukan penipuan berkedok investasi. Dan, makin sulit dibedakan bila penipuan ini menggunakan kedok bisnis yang sah seperti pemasaran jaringan (MLM), arisan berantai, koperasi simpan-pinjam, dan penggunaan teknologi internet.

Susah ya? Jaman sekarang makin tidak waras saja. Lalu, bagaimana cara membedakan antara MLM dengan money game?

Bersikap kritis dan waspada terhadap semua tawaran bisnis atau investasi yang menjanjikan keuntungan keuntungan tidak masuk akal. Money game sendiri biasanya mempunyai ciri khas sebagai pyramid scheme atau skema piramida. Ciri lainnya:
1. Untuk bergabung, kita harus membayar. Banyak bentuk dan tipenya, tapi seringkali kita membayar sesuai dengan paket yang kita pilih. Di sini, para pelaku money game semakin keren dengan menggunakan istilah "agen".
2. Setelah bergabung, kita menerima hak untuk menjual sesuatu (bisa berupa produk dagangan, tapi itu hanyalah samaran/kamuflase).
3. Kita mendapatkan hak untuk merekrut orang yang akan bertindak sama seperti kita (mencari orang lain untuk direkrut, begitu seterusnya).
4. Kita dibayar karena kita merekrut banyak orang, bukan karena menjual barang atau produk kepada non member.

So, bagi anda yang ingin berinvestasi atau bergabung menjadi salah satu anggota bisnis dengan sistem MLM, coba kenali dulu apakah benar itu merupakan bisnis, ataukah hanya sebuah permainan uang. Jangan langsung ditelan begitu saja. Bila ditawari produk multi-level marketing (MLM), coba cek di situs www.apli.or.id. Di situs Asosiasi Penjual Langsung Indonesia ini, anda bisa lebih paham perbedaan money game dan Penjual Langsung legal yang diketahui keberadaannya di Indonesia. Dalam situs ini juga disebutkan ciri-ciri money game dan skema piramida serta daftar Penjual Langsung yang legal, terdaftar, dan terbukti bukan penganut sistem money gameDan yang perlu kalian ketahui, bisnis money game aslinya adalah bisnis "gali lubang tutup lubang". Artinya, mereka membayar peserta yang mendaftar di awal dengan uang yang ditanam oleh peserta yang ikut belakangan (yang direkrut). Tidak ada aktivitas bisnis riil yang bisa menopang bisnis ini. Alhasil, yang terjadi adalah di antara para peserta saling membayar dengan uangnya sendiri. Uang yang ditanam peserta dipakai untuk membayar bunga/komisi, sementara bisa saja sisanya diputar untuk spekulasi di bisnis lainnya. Sampai akhirnya pembayaran macet karena beban bunga selalu lebih besar daripada jumlah nasabah baru yang bergabung, atau karena mengecilnya pendapatan dari para nasabah yang mendaftar belakangan.

Itulah sebabnya, bisnis money game atau penggandaan uang tidak pernah bisa berjalan lama. Yang pasti, bisnis ini akan merugikan para pesertanya, cepat atau lambat. Namun, setiap saat ada saja perusahaan-perusahaan baru yang menawarkan permainan money game dengan ciri-ciri yang sama. Bahkan banyak yang hanya diganti namanya saja. Kalau sudah begini, biasanya para "investor" akan melakukan cara lain untuk menarik minat lebih banyak, salah satu contohnya dengan update status / komen di fb dengan menggunakan kata-kata seperti "untung, pendapatan, rejeki" dsb. Miris bukan? Lebih cerdiknya lagi, para "investor" biasanya memperluas sasaran mereka kepada orang-orang yang pengangguran, anak kuliahan, bahkan sekarang mulai sampai kepada mereka yang masih di bawah 17 tahun (baca: masih sekolah). Mereka diiming-imingi dengan janji-janji yang menggiurkan. Para operator money game dan skema piramid juga tambah pintar saja. Ketika trik memancing korban dengan janji untung besar sudah dikenali, pastilah mereka berusaha membungkus janji-janji sejenis sedemikian rupa supaya tampak masuk akal. Akan tetapi, bila prinsip bekerjanya tetap sama -modus klasik money game atau skema piramid- hasil akhirnya juga akan sama. Jadi, waspada dan tidak mudah percaya adalah senjata utama kita. Ingatlah, Allah hanya akan meridhoi rejeki kita jika kita dapat dari cara yang halal pula :)


sumber: www.apli.or.id



Indonesia jangan jadi surga Money Game!

Kamis, 21 Februari 2013

High School Never End

“nothing changes but the faces, the names and the trends... high school never end”


Sepenggal lirik dari lagu yang judulnya sama, yang dipopulerkan oleh Bowling For Soup ini, rasa-rasanya pantas banget buat kita yang punya selembar, eh enggak, berlembar-lembar kisah cerita pada saat masih sekolah dulu. Baik yang dihiasi dengan tawa maupun yang diselingi dengan duka. Memang bener ya kata orang-orang kebanyakan, masa-masa SMA itu masa-masa yang paling indah. Kalo ada yang mengelak, ah enggak, aku lebih suka masa kuliah kok. Lho ya ga salah juga sih. Tapi memang benar, masa SMA itu ibarat “masa peralihan” kita. Masa yang krusial bagi kita karena ini bisa disebut sebagai jembatan kedewasaan kita. Rata-rata kalian SMA umur berapa? 15-17 tahun kan? Kalian yang awalnya hanya disuruh fokus untuk belajar dulu dan hidup dengan dibiayai ortu, kini saatnya kalian harus memikirkan masa depan kalian mau dibawa kemana. Apa itu? Gerbang kuliah! Atau langsung kerja? Silahkan!

Eh bentar-bentar. Ini saya ga mau ngomongin masa kuliah. Saya pengen sedikit (atau terlalu banyak) menyusun kata-kata untuk merangkai kembali segala ingatan guna membuktikan perkataan orang banyak kalau “masa SMA itu masa-masa yang paling indah”. Saya baru menyadari itu ketika untuk reuni teman sekelas SMA saja, bener-bener sangat sulit buat bisa ngumpul semuanya! Padahal sekelas hanya 14 orang lho. Apa? Kurang jelas? Oke. EMPAT BELAS ORANG! Dari terakhir kali kita ngumpul bareng semuanya pas genap 14 orang itu adalah saat pengumuman kelulusan SMA tahun 2009 yang lalu. Wow kan? WOW! Sejak saat itu kita belum pernah bisa berkumpul dengan genap 14 orang. Ya paling banyak sekitar 10-12 orang lah. Seringnya hanya tinggal separo saja. Saya bener-bener bisa memaklumi karena teman-teman udah pada berjalan meniti masa depan, membangun karir, menuju pilihannya masing-masing (bahkan ada yg sudah ketemu jodohnya lho…cieee, semoga menjadi keluarga yang berbahagia ya kawan ^^). Karenanya, saya udah seneng jika bisa ngumpul bareng lebih dari separonya saja. Hmm, bukannya ada facebook? Twitter? BBM? Whatsapp? Apalagi, sebutkan! Skype, Line, bla bla bla… Hello, ketemu langsung itu lebih menyenangkan daripada melepas rindu di dunia maya! Dalam setahun saja, jumlah ketemu dan hangout bareng lebih dari separo anak kelasku bisa dihitung pake jari lho. Dan pasti setiap kita ketemu, kita selalu foto bareng, berbicara ngalor ngidul, bertanya “eh saiki nang ndi?” “kuliahmu piye?” “jik karo sing kae?” “kapan nikah?” oke, coret yang terakhir. Tidak bisa dipungkiri (dan pasti) di dalam sebuah kelas atau komunitas tertentu kita itu punya beberapa temen yang dekeet banget. Sahabat? Ya, bisa dibilang begitulah. Bukan, bukan terkotak-kotak. Bukan pula nge-genk. Akan tetapi, sekumpulan orang yang kemana-mana pasti jalan bareng sama si itu. Misal pas istirahat, kalo lagi jajan, A mesti sama B dan C. Yang D dan E lebih suka nyetel musik rock di dalam kelas. Yang F dan G nyamperin gebetan F di kelas lain, dan bla bla  bla. Mereka tidak memisahkan diri, tapi lebih karena mereka punya kesenangan yang sama. Hobi yang sama. Bukankah kita memang lebih enak ngobrol dengan orang yang punya hobi yang sama? Awkward gak kira-kira kalo kita yang suka film horror ngobrol tentang film dengan orang lain yang suka film drama korea yang mendayu-dayu (ini misalnya lho)? Perbedaan itu lumrah. Kekompakan sebuah kelas sebenarnya diukur dari kebersamaan mereka saat menghadapi sebuah event yang penting. Contoh sederhana: lomba menghias kelas buat memperingati Hari Kartini. Tidak harus selalu bersama-sama di semua event. Masak iya kalo si A pengen boker, karena harus kompak si B juga harus nemenin A boker atau malah ikut-ikutan boker? Terus sekelas ijin bareng buat boker gitu? Loh katanya harus kompak? Kalo kata SKE*SA sih, “tapi ya gak gitu juga kaleeee…”

Masa SMA itu masa paling indah karena di masa inilah kita bertemu dengan teman-teman sebaya yang sama-sama belajar untuk mulai membangun karakter kita, mengekspansi kapasitas diri kita menjadi dewasa. Dan dalam perjalanan menuju kedewasaan itu kita tidak pernah bisa terlepas dari yang namanya KONFLIK. Pasti ada konflik itu, apapun bentuknya. Umumnya konflik terjadi karena sebuah hal kecil ini: PERBEDAAN PENDAPAT. A itu maksudnya pengen P, tapi B menerjemahkannya jadi Q. Siapa yang salah? Mungkin cara A yang menyampaikannya kurang tepat, jadi B nganggepnya Q. Atau mungkin B itu pengennya memang Q, bukan P. Nah, sebenarnya tidak ada yang salah. Disinilah kalian bisa belajar tentang bagaimana membuat sebuah keputusan yang bisa merata dan diterima oleh semua pihak. Kenapa saya tidak berbicara tentang keadilan? Terlalu naïf kalo sebuah keputusan itu pasti adil untuk semua pihak. Pasti ada satu, dua pihak yang merasa tidak adil/tidak senang. Pasti itu. Makanya, disini saya menggunakan kata “merata” untuk mencapai mufakat. Tapi umur-umur 15-17 tahun itu kebanyakan masih labil, kan? Terus ada yang langsung melempar bata ke saya sambil bertanya dengan lantang, heh emang kamu gak pernah labil apa? Oh iya, saya dulu bukannya pernah, tapi sering labil. Tapi akui saja kalau emosi kalian itu sedang tinggi-tingginya ya sekitar umur-umur itu. Sehingga sering terjadi salah paham, terus habis gitu diem-dieman, mulai agak mengotakkan diri dengan yang beda pendapatnya, hayo iya apa iya? A curhat ke C kalo B itu gini, B juga curhat ke C kalo A ini gitu, nah C yang dicurhatin kadang jadi pusing sendiri tuh. A suruh C jauhin si B, B juga suruh C jauhin si A. Akhirnya C pengen mendamaikan A dan B, eh eh tapi A dan B malah balik jauhin si C. Kepala C yang mau meledak saking keselnya finally berteriak “ah yowes lah, mbuh karepmu konooo” Hahaha. Saat itu diceritakan pas ngumpul bareng setelah sekian tahun tidak bertemu (ceileh), tidak ada rasa benci atau dendam lagi. Yang ada malah ketawa. Lho kok bisa? Iya, karena mereka tau pas kejadian itu mereka masih labil. Lucu gitu ngingetnya. Jadi pas ngumpul bareng, tidak hanya seneng-senengnya aja yang diceritain. Ah, bener deh, kalo udah kuliah gini, terlebih bagi yang udah lulus, rasa-rasanya pengen mengulang memori indah saat masih berseragam putih abu-abu dulu. Mulai dari pergi ke keraton Solo, jalan-jalan di malioboro Jogja, menghias kelas dengan burung bangau dari kertas, duduk di anak tangga kelas aksel (mungkin ini hanya terjadi dari angkatan 1-4 saja ya?) pas istirahat sambil makan some, nonton film bareng di kelas saat freeclass habis semesteran, foto-foto dengan berbagai macam gaya aneh bin alay ^.^v, diwejangi guru-guru tercinta semacam Pak S dan Bu P, tidur pas jamnya Pak L, kabur jajan ke kantin pas jamnya Pak R, bengong saat diterangi matematika sama Pak G, dan kayaknya yang berkesan itu saat jalan kaki dari Terminal Tawangmangu sampe ke rumahku ya? Udah ku bilang naik mobil elf saja, eh malah jalan kaki. Siapa suruh jalan kaki, tuh kan jadi capek sendiri. Untung di rumah sudah dibuatin jus wortel sama ibuku :3 Big thanks buat guru biologi semester 1-3, Bu E, yang membuat saya melek dengan jus wortel dan ngajak saya pulang bareng tiap ada jam tambahan Biologi sehabis pulang sekolah. Lumayan, bisa ngirit ongkos pulang ke rumah :D

gak nemu foto Anjar yang lagi melas di jalan, terpaksa upload yang ini aja deh
dengan pedenyaa >.< foto di depan vila orang gara-gara kecapekan jalan kaki xD

"Tangga Bersejarah", tempat bercanda dan melepas penat dari padatnya materi pelajaran

Untung udah pernah foto sekelas bareng ya? Komplit 14 anak? Nih ane share fotonya yang komplit 14 anak, dari DURASI NADA a.k.a. Dua Belas Akselerasi Angkatan Dua (ga boleh protes, pokoknya ini nama angkatan kita. Salahe ga ngusulke nama :p)


selesai ujian praktek seni musik, Bu Y ngasih nilai 9 semua buat anak-anak sekelas gara-gara duet pianoku dengan si absen 8, jadi kalian harus berterima kasih sama kita berdua :3 

(dari kiri ke kanan -arah pembaca- )
Atas: Baskoro - Disa - Anggi - Yanis - Prima - Luqman
Tengah: Dian P - Rizky - Dian A - Anjar - Fatimah - Astri
Bawah: Reza - Yudha

So buat kalian yang masih duduk di bangku SMA, bener deh, manfaatin dengan baik sisa waktu yang ada buat berkumpul dengan teman-teman sekelas kalian, saya aja bener-bener sulit buat ngumpulin semuanya pas genep 14 orang setelah semuanya kuliah ini apalagi kalian yang jumlahnya mungkin sekitar 20 orang (aksel) atau 40 orang (reguler). Tapi ya semuanya tergantung ke individunya masing-masing sih. Selagi masih diberi kesempatan buat ketemu temen-temen sekelas, ciptakan sebuah kenangan yang indah dan wonderful buat diceritain lagi kalo kumpul bareng. Terlebih saat kumpul pas semuanya udah pada sukses. Ada yang jadi dokter, akuntan, insinyur, dosen, pengacara, hakim, dan yang paling seneng pasti pas udah ketemu jodohnya (maksudku nikah, bro. Nikaaaah) (?). Pasti bangga deh kalian pernah punya sahabat sekelas yang baik yang bersama-sama berjuang untuk meraih masa depannya masing-masing . Semua kenangan itu akan tersimpan dengan baik, diabadikan dalam memori indah, itulah sebabnya kenapa high school is never end. Temen-temen SMA pasti lebih berarti daripada temen-temen kuliah, karena dari temen-temen SMA itulah kalian mulai belajar menjadi dewasa! Oke sebelum saya tutup tulisan ini, saya mau mengingatkan tentang sebuah hadist dari Al Bukhari: “Dua kenikmatan yang sering dilalaikan dari kebanyakan manusia itu ada dua: NIKMAT SEHAT dan WAKTU LUANG”


Jadi buat adek-adek yang masih duduk di bangku SMA: masih pengen buru-buru lulus terus duduk di bangku kuliah tanpa momen yang mengesankan? :p

Jumat, 07 Desember 2012

"Pemanah Bintang", Karena Cinta Tidak Jatuh Begitu Saja dari Langit


Ren adalah seorang mahasiswa yang sedang kuliah di sebuah perguruan tinggi dan menjadi pengajar les privat di sebuah bimbel di Solo. Kematian Pak Suryo, bapaknya, dan Vivi, kekasihnya, sempat membuat dirinya putus asa dan tidak semangat dalam menjalani hidup. Hingga pada suatu hari dia bertemu dengan Rei, seorang murid baru di bimbelnya, yang mampu mengembalikan semangatnya seperti semula. Hubungan mereka semakin bertambah dekat dari hari ke hari. Setelah Ren diwisuda, Ren menjadi seorang guru di Jakarta yang membuatnya harus terpisah jarak dengan Rei yang di saat bersamaan juga baru saja menjadi seorang mahasiswi baru di kampus yang sama dengan Ren saat Ren masih kuliah dulu. Ketika menjalani ospek sebelum masuk kuliah, diam-diam Rei disukai oleh salah seorang kakak kelasnya sendiri yang bernama Afat. Awalnya Rei tidak menggubris Afat, namun karena tidak adanya kabar dari Ren sejak pindah ke Jakarta membuat Rei mulai jatuh hati terhadap perhatian Afat. Tiba-tiba Ren muncul kembali di tengah-tengah kehidupan Rei untuk menyatakan perasaannya kepada Rei.
Namun hal itu malah membuat Rei kebingungan untuk memilih antara Afat ataukah Ren. Akhirnya Rei meminta Ren untuk memanahkan sebuah bintang sebagai salah satu syarat agar Rei mau menerima cintanya Ren. Ren menyanggupinya dan berjanji akan melakukannya. Namun suatu hari di saat Ren akan melakukannya, dia mengalami kecelakaan karena tertabrak oleh mobil yang dikemudikan Nisa, teman sekelas Rei di kampus. Kejadian itu malah membuat Ren dekat dengan Nisa dan melupakan janjinya kepada Rei. Dia baru teringat lagi saat Rei akan menikah dengan Afat. Mampukah Ren memenuhi janjinya kepada Rei? Akankah dia tetap melaksanakan janjinya yang terlihat mustahil tersebut untuk Rei padahal dia sudah berpacaran dengan Nisa dan Rei akan segera menikah dengan Afat? Dan pada akhirnya siapakah yang akan dipilih oleh Ren?





 Desain cover awal buatanku sendiri

Itu tadi ringkasan novel perdana saya yang telah berkali-kali mengalami perubahan ide dan berkali-kali pula stuck  di tengah jalan. Saya beri judul “PEMANAH BINTANG”, ini pun sudah berkali-kali saya ubah judulnya pula. Judul awalnya bukan ini dan ternyata tidak membuat penerbit tertarik, jadi mereka menolak saat itu. Tapi saya tidak menyerah dan terus berusaha mengubah sana-sini hingga akhirnya saya putuskan untuk mengubah hampir 50% isi ceritanya. Ternyata memang tidak mudah membuat sebuah novel. Dan saya akui saya iseng menulis novel untuk mengisi waktu pengangguran menunggu pengumuman penempatan kerja di Kementrian Keuangan. Pernah ditolak oleh sebuah penerbit tidak membuat saya putus asa. Memang sempat saya coba untuk self publishing melalui sebuah situs di internet, tapi setelah memikirkan berbagai pertimbangan akhirnya saya berubah pikiran dan saya coba lagi untuk memasukkan naskah saya ini ke sebuah penerbit yang lainnya. Berikut ini saya kasih sepenggal cerita dari novel saya: 

“Bukankah setiap orang sudah ditakdirkan memiliki jodohnya sendiri-sendiri?”
“Tapi cinta itu tidak jatuh begitu saja dari langit.”
“Begitu banyak bintang tersebar di langit. Kamu tinggal memilihnya.”
“Terkadang kebanyakan manusia lebih terpesona dengan bulan yang bentuknya terlihat lebih besar daripada bintang. Mereka larut dalam keindahan cahaya bulan yang sebenarnya hanya pantulan dari cahaya bintang.”
Rei terkejut mendengar perkataan Ren. Dia bertanya-tanya di dalam hati apakah Ren sudah mengetahui kedekatan dirinya dengan Afat. Kali ini Rei tidak mau menatap Ren. Pandangannya lurus ke depan melihat hijaunya kebun teh. Lalu dia mendengar Ren berkata lagi.
“Manusia terlalu bernafsu pada perhatian.”
“Apa maksudmu?”
“Bintang itu. Ukuran dan cahayanya memang terlihat kecil jika dilihat dengan mata telanjang. Tapi jika kamu mengetahuinya lebih dekat, sesungguhnya bintang itu besar dan cahayanya pun sangat terang.”
“Kalau begitu, panahkan sebuah bintang untukku.”
“Akan aku lakukan jika itu memang maumu.”


Mungkin saya memang masih terlalu dini dan amatir, tapi saya punya harapan kelak novel saya akan bisa sesukses novel semacam PERAHU KERTAS. Semoga saja bisa terwujud, amin… "Man jadda wa jadda!"

Selasa, 03 Juli 2012

Belajar "Man Shabara Zhafira" dari Seorang Fernando Torres

Barang siapa yang bersabar, dia akan beruntung. Ya, kalimat "Man Shabara Zhafira" ini memang pantas bagi seorang Fernando Torres, penyerang Chelsea berkebangsaan Spanyol yang saat ini baru saja menikmati gelar Juara Eropa 2012 bersama La Furia Roja. Cederanya David Villa saat Barcelona mengikuti Piala Dunia Antar Klub tahun lalu menjadi berkah tersendiri bagi Torres, dia menjadi striker murni Spanyol dalam skuad Tim Matador untuk Piala Eropa 2012 di Polandia-Ukraina kemarin. Meskipun pelatih Spanyol, De Bosque, menerapkan strategi false nine dengan bermain menurunkan penyerang palsu, namun Torres malah mendapatkan sepatu emas di Piala Eropa tahun ini. Dia unggul efektifitas waktu dari penyerang top lainnya seperti Mario Gomez (Jerman), Mario Balotelli (Italia), hingga seorang Cristiaon Ronaldo (Portugal) sekalipun yang sama-sama mengemas 3 gol. Dalam kondisinya saat ini Torres telah mengalami naik-turun performa akibat cedera yang sempat dialaminya beberapa tahun yang lalu. Torres yang mengawali karir sepak bola di Atletico Madrid ini hijrah ke Liverpool pada tahun 2007 dan ia langsung menjadi salah satu top skor Liga Inggris pada musim pertamanya di Liverpool meski belum bisa memberikan gelar juara bagi The Reds. Julukan "El Nino" mulai melekat pada dirinya saat membawa Spanyol merajai Piala Eropa 2008 dengan mencetak gol tunggal kemenangan Spanyol atas Jerman di partai puncak. Perlahan tapi pasti, cedera membuat Torres mengalami penurunan performa di Liverpool. Dia tidak mampu memberi trofi satu pun di lemari piala The Reds. Meskipun begitu, dua tahun kemudian dia memegang Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan dan itu merupakan gelar pertama Piala Dunia bagi Spanyol. Prestasi menterengnya bersama timnas lantas tidak segera menular di level klub. Hingga akhirnya dia membuat sebuah keputusan mengejutkan dengan pindah ke Chelsea pada akhir Januari 2011 yang membuat para Liverpuldian mengecapnya sebagai "pengkhianat". Doa "orang yang teraniaya" akhirnya terkabul. Torres hanya mencetak satu gol selama 6 bulan pertama berseragam Chelsea. Sungguh sebuah capaian yang sangat tidak diharapkan dari seorang pemain yang telah dikenal sebagai striker kelas dunia.



Masuknya Andre Villaz-Boas sebagai manajer baru Chelsea yang menggantikan Ancelloti sedikit menunjukkan tanda-tanda perubahan bagi Torres. Perlahan, dia mulai menemukan bentuk permainan garangnya kembali bersama Chelsea yang saat itu kebanyakan diisi oleh "pemain tua" yang dipandang tidak akan mampu berbicara banyak di musim tersebut. Puncak titik klimaksnya adalah saat AVB dipecat dan digantikan oleh caretaker Roberto Di Matteo.Ditinggal dalam kondisi kalah 1-3 dari Napoli di babak 16 besar Liga Champions, Di Matteo membawa perubahan yang sangat signifikan bagi Chelsea, sekaligus Torres. Chelsea melaju hingga babak final Piala FA dan Liga Champions, dan Torres mencetak hattrick pertamanya untuk The Blues saat Chelsea menggilas QPR 6-1 di Stamford Bridge. Tidak hanya itu, Torres juga mencetak gol paling langka saat mengeliminasi Barcelona di babak semifinal Liga Champions. Meskipun tidak diturunkan saat Chelsea mengalahkan Liverpool untuk merebut gelar Piala FA, namun Torres berandil besar kala menciptakan sebuah peluang tendangan sudut yang berbuah menjadi gol Chelsea saat melawan Bayern Munchen di partai final Liga Champions. Bersama rekan setimnya di timnas Spanyol, Juan Mata, impian Torres makin lengkap saat dia berhasil mengawinkan gelar juara Piala FA dengan juara Liga Champions. Di final Piala Eropa 2012 yang lalu pun, duet pemain Chelsea itu turut menyumbang gol dalam kemenangan La Furia Roja 4-0 atas timnas Italia. Boleh dikata, ini adalah buah kesabaran dari seorang Torres. Dia tidak putus asa meskipun sempat frustasi kala tidak kunjung bisa mencetak gol lagi saat penampilan awalnya bersama Chelsea.




Sampai saat ini, bersama Mata, Torres telah mendapatkan 3 piala: Piala FA, Piala Liga Champions, dan Piala Eropa. Torres bahkan berpeluang menggandakan koleksi pialanya menjadi 6 di tahun ini andaikata Chelsea mampu mengalahkan Manchester City di ajang Community Shield, mengalahkan Atletico Madrid di Piala Super Eropa, dan menjadi juara di Piala Dunia Antar Klub. Beruntunglah seorang Fernando Torres yang cukup bersabar dalam menghadapi badai ujian yang dilewatinya. Mari kita belajar dari Torres. Barang siapa yang bersabar maka dia akan beruntung, dan sesungguhnya Allah senantiasa bersama dengan orang-orang yang sabar. "Man shabara zhafira wa innallaha ma shabirin"