Kamar kata dan tempat menyampah yang bukan sampah. Sebuah tulisan sederhana namun mencoba untuk tetap bermakna.

Kamis, 21 Februari 2013

High School Never End

“nothing changes but the faces, the names and the trends... high school never end”


Sepenggal lirik dari lagu yang judulnya sama, yang dipopulerkan oleh Bowling For Soup ini, rasa-rasanya pantas banget buat kita yang punya selembar, eh enggak, berlembar-lembar kisah cerita pada saat masih sekolah dulu. Baik yang dihiasi dengan tawa maupun yang diselingi dengan duka. Memang bener ya kata orang-orang kebanyakan, masa-masa SMA itu masa-masa yang paling indah. Kalo ada yang mengelak, ah enggak, aku lebih suka masa kuliah kok. Lho ya ga salah juga sih. Tapi memang benar, masa SMA itu ibarat “masa peralihan” kita. Masa yang krusial bagi kita karena ini bisa disebut sebagai jembatan kedewasaan kita. Rata-rata kalian SMA umur berapa? 15-17 tahun kan? Kalian yang awalnya hanya disuruh fokus untuk belajar dulu dan hidup dengan dibiayai ortu, kini saatnya kalian harus memikirkan masa depan kalian mau dibawa kemana. Apa itu? Gerbang kuliah! Atau langsung kerja? Silahkan!

Eh bentar-bentar. Ini saya ga mau ngomongin masa kuliah. Saya pengen sedikit (atau terlalu banyak) menyusun kata-kata untuk merangkai kembali segala ingatan guna membuktikan perkataan orang banyak kalau “masa SMA itu masa-masa yang paling indah”. Saya baru menyadari itu ketika untuk reuni teman sekelas SMA saja, bener-bener sangat sulit buat bisa ngumpul semuanya! Padahal sekelas hanya 14 orang lho. Apa? Kurang jelas? Oke. EMPAT BELAS ORANG! Dari terakhir kali kita ngumpul bareng semuanya pas genap 14 orang itu adalah saat pengumuman kelulusan SMA tahun 2009 yang lalu. Wow kan? WOW! Sejak saat itu kita belum pernah bisa berkumpul dengan genap 14 orang. Ya paling banyak sekitar 10-12 orang lah. Seringnya hanya tinggal separo saja. Saya bener-bener bisa memaklumi karena teman-teman udah pada berjalan meniti masa depan, membangun karir, menuju pilihannya masing-masing (bahkan ada yg sudah ketemu jodohnya lho…cieee, semoga menjadi keluarga yang berbahagia ya kawan ^^). Karenanya, saya udah seneng jika bisa ngumpul bareng lebih dari separonya saja. Hmm, bukannya ada facebook? Twitter? BBM? Whatsapp? Apalagi, sebutkan! Skype, Line, bla bla bla… Hello, ketemu langsung itu lebih menyenangkan daripada melepas rindu di dunia maya! Dalam setahun saja, jumlah ketemu dan hangout bareng lebih dari separo anak kelasku bisa dihitung pake jari lho. Dan pasti setiap kita ketemu, kita selalu foto bareng, berbicara ngalor ngidul, bertanya “eh saiki nang ndi?” “kuliahmu piye?” “jik karo sing kae?” “kapan nikah?” oke, coret yang terakhir. Tidak bisa dipungkiri (dan pasti) di dalam sebuah kelas atau komunitas tertentu kita itu punya beberapa temen yang dekeet banget. Sahabat? Ya, bisa dibilang begitulah. Bukan, bukan terkotak-kotak. Bukan pula nge-genk. Akan tetapi, sekumpulan orang yang kemana-mana pasti jalan bareng sama si itu. Misal pas istirahat, kalo lagi jajan, A mesti sama B dan C. Yang D dan E lebih suka nyetel musik rock di dalam kelas. Yang F dan G nyamperin gebetan F di kelas lain, dan bla bla  bla. Mereka tidak memisahkan diri, tapi lebih karena mereka punya kesenangan yang sama. Hobi yang sama. Bukankah kita memang lebih enak ngobrol dengan orang yang punya hobi yang sama? Awkward gak kira-kira kalo kita yang suka film horror ngobrol tentang film dengan orang lain yang suka film drama korea yang mendayu-dayu (ini misalnya lho)? Perbedaan itu lumrah. Kekompakan sebuah kelas sebenarnya diukur dari kebersamaan mereka saat menghadapi sebuah event yang penting. Contoh sederhana: lomba menghias kelas buat memperingati Hari Kartini. Tidak harus selalu bersama-sama di semua event. Masak iya kalo si A pengen boker, karena harus kompak si B juga harus nemenin A boker atau malah ikut-ikutan boker? Terus sekelas ijin bareng buat boker gitu? Loh katanya harus kompak? Kalo kata SKE*SA sih, “tapi ya gak gitu juga kaleeee…”

Masa SMA itu masa paling indah karena di masa inilah kita bertemu dengan teman-teman sebaya yang sama-sama belajar untuk mulai membangun karakter kita, mengekspansi kapasitas diri kita menjadi dewasa. Dan dalam perjalanan menuju kedewasaan itu kita tidak pernah bisa terlepas dari yang namanya KONFLIK. Pasti ada konflik itu, apapun bentuknya. Umumnya konflik terjadi karena sebuah hal kecil ini: PERBEDAAN PENDAPAT. A itu maksudnya pengen P, tapi B menerjemahkannya jadi Q. Siapa yang salah? Mungkin cara A yang menyampaikannya kurang tepat, jadi B nganggepnya Q. Atau mungkin B itu pengennya memang Q, bukan P. Nah, sebenarnya tidak ada yang salah. Disinilah kalian bisa belajar tentang bagaimana membuat sebuah keputusan yang bisa merata dan diterima oleh semua pihak. Kenapa saya tidak berbicara tentang keadilan? Terlalu naïf kalo sebuah keputusan itu pasti adil untuk semua pihak. Pasti ada satu, dua pihak yang merasa tidak adil/tidak senang. Pasti itu. Makanya, disini saya menggunakan kata “merata” untuk mencapai mufakat. Tapi umur-umur 15-17 tahun itu kebanyakan masih labil, kan? Terus ada yang langsung melempar bata ke saya sambil bertanya dengan lantang, heh emang kamu gak pernah labil apa? Oh iya, saya dulu bukannya pernah, tapi sering labil. Tapi akui saja kalau emosi kalian itu sedang tinggi-tingginya ya sekitar umur-umur itu. Sehingga sering terjadi salah paham, terus habis gitu diem-dieman, mulai agak mengotakkan diri dengan yang beda pendapatnya, hayo iya apa iya? A curhat ke C kalo B itu gini, B juga curhat ke C kalo A ini gitu, nah C yang dicurhatin kadang jadi pusing sendiri tuh. A suruh C jauhin si B, B juga suruh C jauhin si A. Akhirnya C pengen mendamaikan A dan B, eh eh tapi A dan B malah balik jauhin si C. Kepala C yang mau meledak saking keselnya finally berteriak “ah yowes lah, mbuh karepmu konooo” Hahaha. Saat itu diceritakan pas ngumpul bareng setelah sekian tahun tidak bertemu (ceileh), tidak ada rasa benci atau dendam lagi. Yang ada malah ketawa. Lho kok bisa? Iya, karena mereka tau pas kejadian itu mereka masih labil. Lucu gitu ngingetnya. Jadi pas ngumpul bareng, tidak hanya seneng-senengnya aja yang diceritain. Ah, bener deh, kalo udah kuliah gini, terlebih bagi yang udah lulus, rasa-rasanya pengen mengulang memori indah saat masih berseragam putih abu-abu dulu. Mulai dari pergi ke keraton Solo, jalan-jalan di malioboro Jogja, menghias kelas dengan burung bangau dari kertas, duduk di anak tangga kelas aksel (mungkin ini hanya terjadi dari angkatan 1-4 saja ya?) pas istirahat sambil makan some, nonton film bareng di kelas saat freeclass habis semesteran, foto-foto dengan berbagai macam gaya aneh bin alay ^.^v, diwejangi guru-guru tercinta semacam Pak S dan Bu P, tidur pas jamnya Pak L, kabur jajan ke kantin pas jamnya Pak R, bengong saat diterangi matematika sama Pak G, dan kayaknya yang berkesan itu saat jalan kaki dari Terminal Tawangmangu sampe ke rumahku ya? Udah ku bilang naik mobil elf saja, eh malah jalan kaki. Siapa suruh jalan kaki, tuh kan jadi capek sendiri. Untung di rumah sudah dibuatin jus wortel sama ibuku :3 Big thanks buat guru biologi semester 1-3, Bu E, yang membuat saya melek dengan jus wortel dan ngajak saya pulang bareng tiap ada jam tambahan Biologi sehabis pulang sekolah. Lumayan, bisa ngirit ongkos pulang ke rumah :D

gak nemu foto Anjar yang lagi melas di jalan, terpaksa upload yang ini aja deh
dengan pedenyaa >.< foto di depan vila orang gara-gara kecapekan jalan kaki xD

"Tangga Bersejarah", tempat bercanda dan melepas penat dari padatnya materi pelajaran

Untung udah pernah foto sekelas bareng ya? Komplit 14 anak? Nih ane share fotonya yang komplit 14 anak, dari DURASI NADA a.k.a. Dua Belas Akselerasi Angkatan Dua (ga boleh protes, pokoknya ini nama angkatan kita. Salahe ga ngusulke nama :p)


selesai ujian praktek seni musik, Bu Y ngasih nilai 9 semua buat anak-anak sekelas gara-gara duet pianoku dengan si absen 8, jadi kalian harus berterima kasih sama kita berdua :3 

(dari kiri ke kanan -arah pembaca- )
Atas: Baskoro - Disa - Anggi - Yanis - Prima - Luqman
Tengah: Dian P - Rizky - Dian A - Anjar - Fatimah - Astri
Bawah: Reza - Yudha

So buat kalian yang masih duduk di bangku SMA, bener deh, manfaatin dengan baik sisa waktu yang ada buat berkumpul dengan teman-teman sekelas kalian, saya aja bener-bener sulit buat ngumpulin semuanya pas genep 14 orang setelah semuanya kuliah ini apalagi kalian yang jumlahnya mungkin sekitar 20 orang (aksel) atau 40 orang (reguler). Tapi ya semuanya tergantung ke individunya masing-masing sih. Selagi masih diberi kesempatan buat ketemu temen-temen sekelas, ciptakan sebuah kenangan yang indah dan wonderful buat diceritain lagi kalo kumpul bareng. Terlebih saat kumpul pas semuanya udah pada sukses. Ada yang jadi dokter, akuntan, insinyur, dosen, pengacara, hakim, dan yang paling seneng pasti pas udah ketemu jodohnya (maksudku nikah, bro. Nikaaaah) (?). Pasti bangga deh kalian pernah punya sahabat sekelas yang baik yang bersama-sama berjuang untuk meraih masa depannya masing-masing . Semua kenangan itu akan tersimpan dengan baik, diabadikan dalam memori indah, itulah sebabnya kenapa high school is never end. Temen-temen SMA pasti lebih berarti daripada temen-temen kuliah, karena dari temen-temen SMA itulah kalian mulai belajar menjadi dewasa! Oke sebelum saya tutup tulisan ini, saya mau mengingatkan tentang sebuah hadist dari Al Bukhari: “Dua kenikmatan yang sering dilalaikan dari kebanyakan manusia itu ada dua: NIKMAT SEHAT dan WAKTU LUANG”


Jadi buat adek-adek yang masih duduk di bangku SMA: masih pengen buru-buru lulus terus duduk di bangku kuliah tanpa momen yang mengesankan? :p

Tidak ada komentar: