Kamar kata dan tempat menyampah yang bukan sampah. Sebuah tulisan sederhana namun mencoba untuk tetap bermakna.

Selasa, 26 Februari 2013

Waspada dengan Penipuan Money Game!

"Bro, gimana kabarnya?"
"Sehat bro, kamu?"
"Alhamdulillah baik, eh bro ini aku ada bisnis sama temen-temen, untungnya lumayan buat nambah-nambah uang jajan, bahkan bisa buat bayar uang semesteran kuliah"
"Emang bisnis apa, bro? Kayak MLM -multi level marketing- bukan?"
"Oh, bukan bro. Ini beda, bukan MLM. Besok aja aku jelasin kalo bisa ketemu langsung."
"Kapan bro?"
"Kamu atur saja deh, bro. Aku kapan aja bisa........"

Pernah mengalami hal seperti ini, terutama buat kalian yang masih duduk di bangku kuliah?
Money Game atau kalo diterjemahin langsung secara harfiah menjadi "permainan uang", saat ini sudah banyak menyeruak dimana-mana. Berawal dari iming-iming "mendapatkan keuntungan yang banyak dengan modal sedikit dan cara yang cepat", sudah banyak penduduk pribumi yang terperosok ke dalam bisnis haram ini, salah satunya saya. Ciyuuus?? Miapaaaah? Oke, ga usah lebay gitu deh. Sekarang mending ubah posisi duduk anda yang enak dulu, disambi dengan minum segelas teh hangat atau cemilan sedikit juga ndak papa. Karena tulisan saya kali ini agak serius dan panjang lebar. Ah, males deh kalo gitu. Bikin mata sepet. Ya udah tinggal di-close aja tab ini. Saya juga gak maksa kok. Kalo katanya mantan presiden RI yang bermata sipit sih, Gitu Aja Kok Repot!

Oke, bagi anda yang sudah memutuskan ingin bertahan tetap membaca anak panah kata-kata saya berikut ini, silahkan disimak baik-baik. Saya pernah punya pengalaman yang tidak mengenakkan tentang bisnis haram ini. Sudah saya jelaskan di atas, semuanya berawal dari: untung banyak, modal sedikit, dan cara cepat. Siapa sih yang ga langsung melek kalo diiming-imingi seperti itu? Tiga jurus sakti inilah yang sering dilancarkan oleh para penipu dalam menjalankan aksinya. Oh, kiranya saya terlalu keras kalo menggunakan kata "penipu". Oke saya ganti. Bagaimana dengan "korban penipu money game" -kan mereka juga berarti menjadi korbannya karena udah jadi membernya-? Ah, terlalu panjang dan ngenes. Hmm, yaudahlah, saya sebut mereka itu "investor". Apa? Terlalu bagus? Yowes sakarepmu meh manggil mereka apa. Yang jelas, "investor" ini akan memulai permainannya kepada anda dengan cara mengajak anda mengobrol dan bertatap muka secara langsung yang memudahkan mereka untuk "mencuci otak" anda. Di sini sih belum terlalu tampak ada tanda-tanda menyesatkan karena mereka akan berbicara secara global terlebih dahulu. Saya terjebak di fase ini dua kali (tidak perlu saya sebutkan perusahaannya) dan pada saat itu yang terlintas di pikiran saya adalah "dapat uang banyak". Meskipun secara finansial ortu saya masih sanggup untuk membiayai pendidikan saya dan adik saya waktu itu (maaf ini bukan bermaksud menyombong) tapi bukankah pasti ada rasa kepuasan tersendiri kalo kita bisa membeli sesuatu dari uang yang kita dapatkan dari hasil kerja kita sendiri? Ya, itulah yang terpikirkan di benak saya waktu itu. Saya masih belum mengerti apa itu money game, apa itu MLM, yang jelas saya tertarik saja. Saya juga banyak mendengar istilah-istilah -seperti MLM, bisnis berjenjang, arisan, apalah itu namanya- yang bernada negatif bagi anggapan saya. Saya dulu menduga bahwa semua bisnis MLM itu haram, pokoknya apapun namanya MLM itu hanya penipuan, bla bla bla jadi setiap saya tanya kepada "investor", pasti mereka jawabnya: "Oh, beda bung. Ini bukan MLM, arisan, investasi, apalagi money game dan sejenisnya bla bla bla" Ya iyalah mereka bilang seperti itu. Mana ada maling ngaku maling? Kecuali maling ayam yang ketahuan warga sekampung. Langkah selanjutnya, setelah mereka berhasil menanamkan semacam image kesuksesan kepada saya, mereka meyakinkan saya dengan sejumlah orang yang "katanya" sudah sukses di bisnis tersebut. Caranya? Biasanya mereka menunjukkan foto-foto orang yang sudah dianggap leader di sana, ada testimoninya, bahkan tidak sedikit yang dijumpai foto orang sedang bergaya di depan mobil mewah. Dan katanya lagi, orang itu bisa membeli mobil mewah tersebut setelah gabung di bisnis itu. Parahnya lagi, kita semakin tertarik jika di testimoni itu dikatakan bahwa dalam waktu setahun sejak gabung di bisnis itu bisa beli mobil (bahkan ada yang kurang dari setahun). Padahal belum tentu itu mobil kepunyaannya sendiri. Bisa saja foto di depan mobil orang lain. Foto bisa menipu, bukan? :p Oke, pada perusahaan yang pertama, saya berhasil terjebak di dalamnya. Saya jadi member dan melakukan semua tetek bengek yang diajarkan di buku panduan yang dikasih setelah saya mendaftar. Awalnya saya berhasil merekrut beberapa orang, tapi karena saat itu saya masih kuliah di kampus yang horor (baca: ancaman DO di setiap semesternya) akhirnya lama-kelamaan saya lupa dengan bisnis itu dan sekarang sudah tidak aktif lagi. Males. Dan semakin nyesel setelah tahu kalo ini merupakan money game.

Oke, perusahaan kedua. Di sini malah kurang lebih dari sebulan, dan kejadiannya kira-kira dua bulan setelah saya wisuda. Sambil nunggu penempatan, iseng-iseng di rumah saya searching di google dengan keyword "bisnis online". Mungkin gara-gara terinspirasi dari tayangan salah satu stasiun televisi swasta malam harinya yang bisa sukses dari bisnis online. Result mbah google-nya banyak. Saya klik salah satu. Setelah baca bla bla bla (dan saya temukan lagi pasti terdapat kata-kata ini: INI BUKAN MLM, ARISAN, MONEY GAME, HYIP -High Yield Investment Programs- BLA BLA BLA) akhirnya saya sekali lagi tertarik buat terjun ke bisnis online itu. Ditambah dengan status saya yang saat itu masih pengangguran penuh di rumah (haduh pak menteri, ini kapan kita mau penempataaaan u.u) saya mikir, lumayan lah cuma butuh online buat menghasilkan duit, semakin mantap saya terperosok ke dalam money game bentuk lainnya ini.

Dari perusahaan kedua, saya berhasil merekrut beberapa member lagi. Seneng rasanya. Suatu saat pas mau ke ATM buat ambil duit transferan dari para member yang saya ajak join (saat itu belum saya ambil sepeserpun, mikirnya nanti kalo udah banyak sekalian baru diambil) saya ol fb dulu. Di beranda ada temen saya yang membagikan sebuah link tentang money game. Penasaran, saya buka link itu. Saya baca. Dan setelah selesai membacanya, saya jadi makin penasaran sama hal tersebut. Saya urungkan niat saya ke ATM buat ambil duit. Saya searching lagi di google sampe-sampe google chrome saya sempat ngadat karena kebanyakan tab xD (mungkin anda juga sering mengalaminya bukan?) dan akhirnya saya jadi sadar, ternyata selama ini saya telah bermain di lembah haram :'( Dari niat awal yang semula pengen ambil duit di ATM, saya malah sibuk nyari semua nomor rekening member saya yang saya ajak gabung di perusahaan kedua. Yang perusahaan pertama saya sudah tidak tahu lagi kemana arahnya, jadi yang terlintas waktu itu adalah saya kembalikan yang bisa saya kembalikan saja. Oke, setelah cek email -karena disitu adalah tempat notifikasi dari perusahaan kedua yang saya naungi- dan ketemu semua nomor rekeningnya, saya segera ke ATM dan mentransfer balik semua uang yang telah masuk ke rekening saya kepada member-member saya. Setelah itu saya sms satu persatu yang inti isinya adalah saya sudah tidak disitu lagi jadi saya kembalikan saja. Lalu saya kasih tau pandangan saya tentang money game terhadap para member saya, tetapi saya tidak memaksa mereka untuk berhenti/keluar dari permainan tersebut meskipun saya telah menyarankannya. Wah, berarti saya juga termasuk yang tadi ya? Penipu, Korban Penipu Money Game, dan yang agak lebih keren: "Investor" B)

Oke, sekarang ke inti permasalahannya. Apa sih sebenarnya Money Game itu?

Sejak awal kehadirannya, bisnis jaringan atau yang dikenal dengan MLM sudah bersanding dengan bisnis serupa yang tak sama, yaitu bisnis money game. Bahkan, menurut beberapa sumber, dikatakan bahwa money game ternyata sudah lahir sejak lama. Fakta menuliskan bahwa money game telah dikenal di AS pada masa setelah Perang Dunia I dan pertama kali dikenalkan oleh Charles Ponzi, seorang keturunan Italia. Pada saat itu, bisnis tipu menipu ini telah berhasil mengumpulkan uang hingga ratusan juta dolar. Bayangkan, di tengah krisis perang dunia, bisnis janji palsu ini berhasil mengumpulkan uang hingga demikian besar. Hal itu tentu menjadi bukti bahwa ternyata banyak orang yang masih belum menggunakan logika dengan benar dalam mengkaryakan asetnya.

Money game adalah suatu kegiatan pengumpulan uang atau kegiatan menggandakan uang yang pada praktiknya pemberian bonus atau komisi diambil dari penambahan atau perekrutan anggota baru, dan bukanlah dari penjualan produk. Kalaupun ada penjualan produk, hal itu hanyalah kamuflase (contohnya: pulsa, e-book, dll). Sudah disebutkan bahwa salah satu daya pikat money game adalah janji-janji mendapatkan untung besar dalam waktu singkat dengan usaha yang amat minimal. Di berbagai penjuru dunia, money game telah banyak mengilhami orang untuk melakukan penipuan berkedok investasi. Dan, makin sulit dibedakan bila penipuan ini menggunakan kedok bisnis yang sah seperti pemasaran jaringan (MLM), arisan berantai, koperasi simpan-pinjam, dan penggunaan teknologi internet.

Susah ya? Jaman sekarang makin tidak waras saja. Lalu, bagaimana cara membedakan antara MLM dengan money game?

Bersikap kritis dan waspada terhadap semua tawaran bisnis atau investasi yang menjanjikan keuntungan keuntungan tidak masuk akal. Money game sendiri biasanya mempunyai ciri khas sebagai pyramid scheme atau skema piramida. Ciri lainnya:
1. Untuk bergabung, kita harus membayar. Banyak bentuk dan tipenya, tapi seringkali kita membayar sesuai dengan paket yang kita pilih. Di sini, para pelaku money game semakin keren dengan menggunakan istilah "agen".
2. Setelah bergabung, kita menerima hak untuk menjual sesuatu (bisa berupa produk dagangan, tapi itu hanyalah samaran/kamuflase).
3. Kita mendapatkan hak untuk merekrut orang yang akan bertindak sama seperti kita (mencari orang lain untuk direkrut, begitu seterusnya).
4. Kita dibayar karena kita merekrut banyak orang, bukan karena menjual barang atau produk kepada non member.

So, bagi anda yang ingin berinvestasi atau bergabung menjadi salah satu anggota bisnis dengan sistem MLM, coba kenali dulu apakah benar itu merupakan bisnis, ataukah hanya sebuah permainan uang. Jangan langsung ditelan begitu saja. Bila ditawari produk multi-level marketing (MLM), coba cek di situs www.apli.or.id. Di situs Asosiasi Penjual Langsung Indonesia ini, anda bisa lebih paham perbedaan money game dan Penjual Langsung legal yang diketahui keberadaannya di Indonesia. Dalam situs ini juga disebutkan ciri-ciri money game dan skema piramida serta daftar Penjual Langsung yang legal, terdaftar, dan terbukti bukan penganut sistem money gameDan yang perlu kalian ketahui, bisnis money game aslinya adalah bisnis "gali lubang tutup lubang". Artinya, mereka membayar peserta yang mendaftar di awal dengan uang yang ditanam oleh peserta yang ikut belakangan (yang direkrut). Tidak ada aktivitas bisnis riil yang bisa menopang bisnis ini. Alhasil, yang terjadi adalah di antara para peserta saling membayar dengan uangnya sendiri. Uang yang ditanam peserta dipakai untuk membayar bunga/komisi, sementara bisa saja sisanya diputar untuk spekulasi di bisnis lainnya. Sampai akhirnya pembayaran macet karena beban bunga selalu lebih besar daripada jumlah nasabah baru yang bergabung, atau karena mengecilnya pendapatan dari para nasabah yang mendaftar belakangan.

Itulah sebabnya, bisnis money game atau penggandaan uang tidak pernah bisa berjalan lama. Yang pasti, bisnis ini akan merugikan para pesertanya, cepat atau lambat. Namun, setiap saat ada saja perusahaan-perusahaan baru yang menawarkan permainan money game dengan ciri-ciri yang sama. Bahkan banyak yang hanya diganti namanya saja. Kalau sudah begini, biasanya para "investor" akan melakukan cara lain untuk menarik minat lebih banyak, salah satu contohnya dengan update status / komen di fb dengan menggunakan kata-kata seperti "untung, pendapatan, rejeki" dsb. Miris bukan? Lebih cerdiknya lagi, para "investor" biasanya memperluas sasaran mereka kepada orang-orang yang pengangguran, anak kuliahan, bahkan sekarang mulai sampai kepada mereka yang masih di bawah 17 tahun (baca: masih sekolah). Mereka diiming-imingi dengan janji-janji yang menggiurkan. Para operator money game dan skema piramid juga tambah pintar saja. Ketika trik memancing korban dengan janji untung besar sudah dikenali, pastilah mereka berusaha membungkus janji-janji sejenis sedemikian rupa supaya tampak masuk akal. Akan tetapi, bila prinsip bekerjanya tetap sama -modus klasik money game atau skema piramid- hasil akhirnya juga akan sama. Jadi, waspada dan tidak mudah percaya adalah senjata utama kita. Ingatlah, Allah hanya akan meridhoi rejeki kita jika kita dapat dari cara yang halal pula :)


sumber: www.apli.or.id



Indonesia jangan jadi surga Money Game!

Kamis, 21 Februari 2013

High School Never End

“nothing changes but the faces, the names and the trends... high school never end”


Sepenggal lirik dari lagu yang judulnya sama, yang dipopulerkan oleh Bowling For Soup ini, rasa-rasanya pantas banget buat kita yang punya selembar, eh enggak, berlembar-lembar kisah cerita pada saat masih sekolah dulu. Baik yang dihiasi dengan tawa maupun yang diselingi dengan duka. Memang bener ya kata orang-orang kebanyakan, masa-masa SMA itu masa-masa yang paling indah. Kalo ada yang mengelak, ah enggak, aku lebih suka masa kuliah kok. Lho ya ga salah juga sih. Tapi memang benar, masa SMA itu ibarat “masa peralihan” kita. Masa yang krusial bagi kita karena ini bisa disebut sebagai jembatan kedewasaan kita. Rata-rata kalian SMA umur berapa? 15-17 tahun kan? Kalian yang awalnya hanya disuruh fokus untuk belajar dulu dan hidup dengan dibiayai ortu, kini saatnya kalian harus memikirkan masa depan kalian mau dibawa kemana. Apa itu? Gerbang kuliah! Atau langsung kerja? Silahkan!

Eh bentar-bentar. Ini saya ga mau ngomongin masa kuliah. Saya pengen sedikit (atau terlalu banyak) menyusun kata-kata untuk merangkai kembali segala ingatan guna membuktikan perkataan orang banyak kalau “masa SMA itu masa-masa yang paling indah”. Saya baru menyadari itu ketika untuk reuni teman sekelas SMA saja, bener-bener sangat sulit buat bisa ngumpul semuanya! Padahal sekelas hanya 14 orang lho. Apa? Kurang jelas? Oke. EMPAT BELAS ORANG! Dari terakhir kali kita ngumpul bareng semuanya pas genap 14 orang itu adalah saat pengumuman kelulusan SMA tahun 2009 yang lalu. Wow kan? WOW! Sejak saat itu kita belum pernah bisa berkumpul dengan genap 14 orang. Ya paling banyak sekitar 10-12 orang lah. Seringnya hanya tinggal separo saja. Saya bener-bener bisa memaklumi karena teman-teman udah pada berjalan meniti masa depan, membangun karir, menuju pilihannya masing-masing (bahkan ada yg sudah ketemu jodohnya lho…cieee, semoga menjadi keluarga yang berbahagia ya kawan ^^). Karenanya, saya udah seneng jika bisa ngumpul bareng lebih dari separonya saja. Hmm, bukannya ada facebook? Twitter? BBM? Whatsapp? Apalagi, sebutkan! Skype, Line, bla bla bla… Hello, ketemu langsung itu lebih menyenangkan daripada melepas rindu di dunia maya! Dalam setahun saja, jumlah ketemu dan hangout bareng lebih dari separo anak kelasku bisa dihitung pake jari lho. Dan pasti setiap kita ketemu, kita selalu foto bareng, berbicara ngalor ngidul, bertanya “eh saiki nang ndi?” “kuliahmu piye?” “jik karo sing kae?” “kapan nikah?” oke, coret yang terakhir. Tidak bisa dipungkiri (dan pasti) di dalam sebuah kelas atau komunitas tertentu kita itu punya beberapa temen yang dekeet banget. Sahabat? Ya, bisa dibilang begitulah. Bukan, bukan terkotak-kotak. Bukan pula nge-genk. Akan tetapi, sekumpulan orang yang kemana-mana pasti jalan bareng sama si itu. Misal pas istirahat, kalo lagi jajan, A mesti sama B dan C. Yang D dan E lebih suka nyetel musik rock di dalam kelas. Yang F dan G nyamperin gebetan F di kelas lain, dan bla bla  bla. Mereka tidak memisahkan diri, tapi lebih karena mereka punya kesenangan yang sama. Hobi yang sama. Bukankah kita memang lebih enak ngobrol dengan orang yang punya hobi yang sama? Awkward gak kira-kira kalo kita yang suka film horror ngobrol tentang film dengan orang lain yang suka film drama korea yang mendayu-dayu (ini misalnya lho)? Perbedaan itu lumrah. Kekompakan sebuah kelas sebenarnya diukur dari kebersamaan mereka saat menghadapi sebuah event yang penting. Contoh sederhana: lomba menghias kelas buat memperingati Hari Kartini. Tidak harus selalu bersama-sama di semua event. Masak iya kalo si A pengen boker, karena harus kompak si B juga harus nemenin A boker atau malah ikut-ikutan boker? Terus sekelas ijin bareng buat boker gitu? Loh katanya harus kompak? Kalo kata SKE*SA sih, “tapi ya gak gitu juga kaleeee…”

Masa SMA itu masa paling indah karena di masa inilah kita bertemu dengan teman-teman sebaya yang sama-sama belajar untuk mulai membangun karakter kita, mengekspansi kapasitas diri kita menjadi dewasa. Dan dalam perjalanan menuju kedewasaan itu kita tidak pernah bisa terlepas dari yang namanya KONFLIK. Pasti ada konflik itu, apapun bentuknya. Umumnya konflik terjadi karena sebuah hal kecil ini: PERBEDAAN PENDAPAT. A itu maksudnya pengen P, tapi B menerjemahkannya jadi Q. Siapa yang salah? Mungkin cara A yang menyampaikannya kurang tepat, jadi B nganggepnya Q. Atau mungkin B itu pengennya memang Q, bukan P. Nah, sebenarnya tidak ada yang salah. Disinilah kalian bisa belajar tentang bagaimana membuat sebuah keputusan yang bisa merata dan diterima oleh semua pihak. Kenapa saya tidak berbicara tentang keadilan? Terlalu naïf kalo sebuah keputusan itu pasti adil untuk semua pihak. Pasti ada satu, dua pihak yang merasa tidak adil/tidak senang. Pasti itu. Makanya, disini saya menggunakan kata “merata” untuk mencapai mufakat. Tapi umur-umur 15-17 tahun itu kebanyakan masih labil, kan? Terus ada yang langsung melempar bata ke saya sambil bertanya dengan lantang, heh emang kamu gak pernah labil apa? Oh iya, saya dulu bukannya pernah, tapi sering labil. Tapi akui saja kalau emosi kalian itu sedang tinggi-tingginya ya sekitar umur-umur itu. Sehingga sering terjadi salah paham, terus habis gitu diem-dieman, mulai agak mengotakkan diri dengan yang beda pendapatnya, hayo iya apa iya? A curhat ke C kalo B itu gini, B juga curhat ke C kalo A ini gitu, nah C yang dicurhatin kadang jadi pusing sendiri tuh. A suruh C jauhin si B, B juga suruh C jauhin si A. Akhirnya C pengen mendamaikan A dan B, eh eh tapi A dan B malah balik jauhin si C. Kepala C yang mau meledak saking keselnya finally berteriak “ah yowes lah, mbuh karepmu konooo” Hahaha. Saat itu diceritakan pas ngumpul bareng setelah sekian tahun tidak bertemu (ceileh), tidak ada rasa benci atau dendam lagi. Yang ada malah ketawa. Lho kok bisa? Iya, karena mereka tau pas kejadian itu mereka masih labil. Lucu gitu ngingetnya. Jadi pas ngumpul bareng, tidak hanya seneng-senengnya aja yang diceritain. Ah, bener deh, kalo udah kuliah gini, terlebih bagi yang udah lulus, rasa-rasanya pengen mengulang memori indah saat masih berseragam putih abu-abu dulu. Mulai dari pergi ke keraton Solo, jalan-jalan di malioboro Jogja, menghias kelas dengan burung bangau dari kertas, duduk di anak tangga kelas aksel (mungkin ini hanya terjadi dari angkatan 1-4 saja ya?) pas istirahat sambil makan some, nonton film bareng di kelas saat freeclass habis semesteran, foto-foto dengan berbagai macam gaya aneh bin alay ^.^v, diwejangi guru-guru tercinta semacam Pak S dan Bu P, tidur pas jamnya Pak L, kabur jajan ke kantin pas jamnya Pak R, bengong saat diterangi matematika sama Pak G, dan kayaknya yang berkesan itu saat jalan kaki dari Terminal Tawangmangu sampe ke rumahku ya? Udah ku bilang naik mobil elf saja, eh malah jalan kaki. Siapa suruh jalan kaki, tuh kan jadi capek sendiri. Untung di rumah sudah dibuatin jus wortel sama ibuku :3 Big thanks buat guru biologi semester 1-3, Bu E, yang membuat saya melek dengan jus wortel dan ngajak saya pulang bareng tiap ada jam tambahan Biologi sehabis pulang sekolah. Lumayan, bisa ngirit ongkos pulang ke rumah :D

gak nemu foto Anjar yang lagi melas di jalan, terpaksa upload yang ini aja deh
dengan pedenyaa >.< foto di depan vila orang gara-gara kecapekan jalan kaki xD

"Tangga Bersejarah", tempat bercanda dan melepas penat dari padatnya materi pelajaran

Untung udah pernah foto sekelas bareng ya? Komplit 14 anak? Nih ane share fotonya yang komplit 14 anak, dari DURASI NADA a.k.a. Dua Belas Akselerasi Angkatan Dua (ga boleh protes, pokoknya ini nama angkatan kita. Salahe ga ngusulke nama :p)


selesai ujian praktek seni musik, Bu Y ngasih nilai 9 semua buat anak-anak sekelas gara-gara duet pianoku dengan si absen 8, jadi kalian harus berterima kasih sama kita berdua :3 

(dari kiri ke kanan -arah pembaca- )
Atas: Baskoro - Disa - Anggi - Yanis - Prima - Luqman
Tengah: Dian P - Rizky - Dian A - Anjar - Fatimah - Astri
Bawah: Reza - Yudha

So buat kalian yang masih duduk di bangku SMA, bener deh, manfaatin dengan baik sisa waktu yang ada buat berkumpul dengan teman-teman sekelas kalian, saya aja bener-bener sulit buat ngumpulin semuanya pas genep 14 orang setelah semuanya kuliah ini apalagi kalian yang jumlahnya mungkin sekitar 20 orang (aksel) atau 40 orang (reguler). Tapi ya semuanya tergantung ke individunya masing-masing sih. Selagi masih diberi kesempatan buat ketemu temen-temen sekelas, ciptakan sebuah kenangan yang indah dan wonderful buat diceritain lagi kalo kumpul bareng. Terlebih saat kumpul pas semuanya udah pada sukses. Ada yang jadi dokter, akuntan, insinyur, dosen, pengacara, hakim, dan yang paling seneng pasti pas udah ketemu jodohnya (maksudku nikah, bro. Nikaaaah) (?). Pasti bangga deh kalian pernah punya sahabat sekelas yang baik yang bersama-sama berjuang untuk meraih masa depannya masing-masing . Semua kenangan itu akan tersimpan dengan baik, diabadikan dalam memori indah, itulah sebabnya kenapa high school is never end. Temen-temen SMA pasti lebih berarti daripada temen-temen kuliah, karena dari temen-temen SMA itulah kalian mulai belajar menjadi dewasa! Oke sebelum saya tutup tulisan ini, saya mau mengingatkan tentang sebuah hadist dari Al Bukhari: “Dua kenikmatan yang sering dilalaikan dari kebanyakan manusia itu ada dua: NIKMAT SEHAT dan WAKTU LUANG”


Jadi buat adek-adek yang masih duduk di bangku SMA: masih pengen buru-buru lulus terus duduk di bangku kuliah tanpa momen yang mengesankan? :p