Kamar kata dan tempat menyampah yang bukan sampah. Sebuah tulisan sederhana namun mencoba untuk tetap bermakna.

Jumat, 07 Desember 2012

"Pemanah Bintang", Karena Cinta Tidak Jatuh Begitu Saja dari Langit


Ren adalah seorang mahasiswa yang sedang kuliah di sebuah perguruan tinggi dan menjadi pengajar les privat di sebuah bimbel di Solo. Kematian Pak Suryo, bapaknya, dan Vivi, kekasihnya, sempat membuat dirinya putus asa dan tidak semangat dalam menjalani hidup. Hingga pada suatu hari dia bertemu dengan Rei, seorang murid baru di bimbelnya, yang mampu mengembalikan semangatnya seperti semula. Hubungan mereka semakin bertambah dekat dari hari ke hari. Setelah Ren diwisuda, Ren menjadi seorang guru di Jakarta yang membuatnya harus terpisah jarak dengan Rei yang di saat bersamaan juga baru saja menjadi seorang mahasiswi baru di kampus yang sama dengan Ren saat Ren masih kuliah dulu. Ketika menjalani ospek sebelum masuk kuliah, diam-diam Rei disukai oleh salah seorang kakak kelasnya sendiri yang bernama Afat. Awalnya Rei tidak menggubris Afat, namun karena tidak adanya kabar dari Ren sejak pindah ke Jakarta membuat Rei mulai jatuh hati terhadap perhatian Afat. Tiba-tiba Ren muncul kembali di tengah-tengah kehidupan Rei untuk menyatakan perasaannya kepada Rei.
Namun hal itu malah membuat Rei kebingungan untuk memilih antara Afat ataukah Ren. Akhirnya Rei meminta Ren untuk memanahkan sebuah bintang sebagai salah satu syarat agar Rei mau menerima cintanya Ren. Ren menyanggupinya dan berjanji akan melakukannya. Namun suatu hari di saat Ren akan melakukannya, dia mengalami kecelakaan karena tertabrak oleh mobil yang dikemudikan Nisa, teman sekelas Rei di kampus. Kejadian itu malah membuat Ren dekat dengan Nisa dan melupakan janjinya kepada Rei. Dia baru teringat lagi saat Rei akan menikah dengan Afat. Mampukah Ren memenuhi janjinya kepada Rei? Akankah dia tetap melaksanakan janjinya yang terlihat mustahil tersebut untuk Rei padahal dia sudah berpacaran dengan Nisa dan Rei akan segera menikah dengan Afat? Dan pada akhirnya siapakah yang akan dipilih oleh Ren?





 Desain cover awal buatanku sendiri

Itu tadi ringkasan novel perdana saya yang telah berkali-kali mengalami perubahan ide dan berkali-kali pula stuck  di tengah jalan. Saya beri judul “PEMANAH BINTANG”, ini pun sudah berkali-kali saya ubah judulnya pula. Judul awalnya bukan ini dan ternyata tidak membuat penerbit tertarik, jadi mereka menolak saat itu. Tapi saya tidak menyerah dan terus berusaha mengubah sana-sini hingga akhirnya saya putuskan untuk mengubah hampir 50% isi ceritanya. Ternyata memang tidak mudah membuat sebuah novel. Dan saya akui saya iseng menulis novel untuk mengisi waktu pengangguran menunggu pengumuman penempatan kerja di Kementrian Keuangan. Pernah ditolak oleh sebuah penerbit tidak membuat saya putus asa. Memang sempat saya coba untuk self publishing melalui sebuah situs di internet, tapi setelah memikirkan berbagai pertimbangan akhirnya saya berubah pikiran dan saya coba lagi untuk memasukkan naskah saya ini ke sebuah penerbit yang lainnya. Berikut ini saya kasih sepenggal cerita dari novel saya: 

“Bukankah setiap orang sudah ditakdirkan memiliki jodohnya sendiri-sendiri?”
“Tapi cinta itu tidak jatuh begitu saja dari langit.”
“Begitu banyak bintang tersebar di langit. Kamu tinggal memilihnya.”
“Terkadang kebanyakan manusia lebih terpesona dengan bulan yang bentuknya terlihat lebih besar daripada bintang. Mereka larut dalam keindahan cahaya bulan yang sebenarnya hanya pantulan dari cahaya bintang.”
Rei terkejut mendengar perkataan Ren. Dia bertanya-tanya di dalam hati apakah Ren sudah mengetahui kedekatan dirinya dengan Afat. Kali ini Rei tidak mau menatap Ren. Pandangannya lurus ke depan melihat hijaunya kebun teh. Lalu dia mendengar Ren berkata lagi.
“Manusia terlalu bernafsu pada perhatian.”
“Apa maksudmu?”
“Bintang itu. Ukuran dan cahayanya memang terlihat kecil jika dilihat dengan mata telanjang. Tapi jika kamu mengetahuinya lebih dekat, sesungguhnya bintang itu besar dan cahayanya pun sangat terang.”
“Kalau begitu, panahkan sebuah bintang untukku.”
“Akan aku lakukan jika itu memang maumu.”


Mungkin saya memang masih terlalu dini dan amatir, tapi saya punya harapan kelak novel saya akan bisa sesukses novel semacam PERAHU KERTAS. Semoga saja bisa terwujud, amin… "Man jadda wa jadda!"