Ren adalah seorang mahasiswa yang sedang
kuliah di sebuah perguruan tinggi dan menjadi pengajar les privat di sebuah
bimbel di Solo. Kematian Pak Suryo, bapaknya, dan Vivi, kekasihnya, sempat
membuat dirinya putus asa dan tidak semangat dalam menjalani hidup. Hingga pada
suatu hari dia bertemu dengan Rei, seorang murid baru di bimbelnya, yang mampu
mengembalikan semangatnya seperti semula. Hubungan mereka semakin bertambah
dekat dari hari ke hari. Setelah Ren diwisuda, Ren menjadi seorang guru di
Jakarta yang membuatnya harus terpisah jarak dengan Rei yang di saat bersamaan
juga baru saja menjadi seorang mahasiswi baru di kampus yang sama dengan Ren
saat Ren masih kuliah dulu. Ketika menjalani ospek sebelum masuk kuliah, diam-diam Rei disukai oleh
salah seorang kakak kelasnya sendiri yang bernama Afat. Awalnya Rei tidak
menggubris Afat, namun karena tidak adanya kabar dari Ren sejak pindah ke
Jakarta membuat Rei mulai jatuh hati terhadap perhatian Afat. Tiba-tiba Ren
muncul kembali di tengah-tengah kehidupan Rei untuk menyatakan perasaannya
kepada Rei.
Namun hal itu malah membuat Rei kebingungan
untuk memilih antara Afat ataukah Ren. Akhirnya Rei meminta Ren untuk
memanahkan sebuah bintang sebagai salah satu syarat agar Rei mau menerima
cintanya Ren. Ren menyanggupinya dan berjanji akan melakukannya. Namun suatu
hari di saat Ren akan melakukannya, dia mengalami kecelakaan karena tertabrak
oleh mobil yang dikemudikan Nisa, teman sekelas Rei di kampus. Kejadian itu
malah membuat Ren dekat dengan Nisa dan melupakan janjinya kepada Rei. Dia baru
teringat lagi saat Rei akan menikah dengan Afat. Mampukah Ren memenuhi janjinya
kepada Rei? Akankah dia tetap melaksanakan janjinya yang terlihat mustahil
tersebut untuk Rei padahal dia sudah berpacaran dengan Nisa dan Rei akan segera
menikah dengan Afat? Dan pada akhirnya siapakah yang akan dipilih oleh Ren?
Desain cover awal buatanku sendiri
Itu tadi ringkasan
novel perdana saya yang telah berkali-kali mengalami perubahan ide dan
berkali-kali pula stuck di tengah jalan. Saya beri judul “PEMANAH
BINTANG”, ini pun sudah berkali-kali saya ubah judulnya pula. Judul awalnya bukan ini dan ternyata tidak membuat penerbit tertarik, jadi mereka menolak saat itu. Tapi
saya tidak menyerah dan terus berusaha mengubah sana-sini hingga akhirnya saya
putuskan untuk mengubah hampir 50% isi ceritanya. Ternyata memang tidak mudah
membuat sebuah novel. Dan saya akui saya iseng menulis novel untuk mengisi
waktu pengangguran menunggu pengumuman penempatan kerja di Kementrian Keuangan.
Pernah ditolak oleh sebuah penerbit tidak membuat saya putus asa. Memang sempat
saya coba untuk self publishing melalui
sebuah situs di internet, tapi setelah memikirkan berbagai pertimbangan akhirnya saya berubah pikiran dan saya coba lagi
untuk memasukkan naskah saya ini ke sebuah penerbit yang lainnya. Berikut ini saya kasih sepenggal cerita dari novel saya:
“Bukankah setiap orang sudah ditakdirkan memiliki jodohnya
sendiri-sendiri?”
“Tapi cinta itu tidak jatuh begitu saja dari langit.”
“Begitu banyak bintang tersebar di langit. Kamu tinggal
memilihnya.”
“Terkadang kebanyakan manusia lebih terpesona dengan bulan yang
bentuknya terlihat lebih besar daripada bintang. Mereka larut dalam keindahan
cahaya bulan yang sebenarnya hanya pantulan dari cahaya bintang.”
Rei terkejut mendengar perkataan Ren. Dia bertanya-tanya di dalam
hati apakah Ren sudah mengetahui kedekatan dirinya dengan Afat. Kali ini Rei
tidak mau menatap Ren. Pandangannya lurus ke depan melihat hijaunya kebun teh.
Lalu dia mendengar Ren berkata lagi.
“Manusia terlalu bernafsu pada perhatian.”
“Apa maksudmu?”
“Bintang itu. Ukuran dan cahayanya memang terlihat kecil jika
dilihat dengan mata telanjang. Tapi jika kamu mengetahuinya lebih dekat,
sesungguhnya bintang itu besar dan cahayanya pun sangat terang.”
“Kalau begitu, panahkan sebuah bintang untukku.”
“Akan aku lakukan jika itu
memang maumu.”
Mungkin saya memang masih terlalu dini
dan amatir, tapi saya punya harapan kelak novel saya akan bisa sesukses novel
semacam PERAHU KERTAS. Semoga saja bisa terwujud, amin… "Man jadda wa jadda!"